Syekh Burhanuddin kemudian memperkenalkan cara memasak yang bisa dipastikan tidak akan tercampur antara yang halal dan yang haram.
Masyarakat diminta memasak nasi dalam ruas talang (bambu) yang dilapisi dengan daun pisang pada dinding bambu.
Tujuannya agar beras yang dimasukkan ke dalam batang bambu tidak terkena serbuk yang melekat di dinding bambu.
Seiring berjalannya waktu, beras biasa diganti menjadi beras ketan atau dalam bahasa Minang disebut puluik yang lebih tahan lama.
Cara membuat lamang
Lamang terbuat dari beras ketan putih, namun tak sedikit juga yang membuatnya dari beras ketan merah.
Beras ketan yang akan diolah menjadi lamang haruslah dicuci bersih terlebih dahulu, kemudian direndam selama minimal satu jam.
Baca juga: Rekomendasi 6 Sate Padang Enak di Payakumbuh Sumatera Barat untuk Makan Malam
Saat beras ketan direndam, bambu yang akan dipakai dicuci bersih kemudian diberi alas daun pisang di bagian dalamnya.
Kemudian beras ketan yang sudah dibubuhi garam dan gula dimasukan ke dalam bambu, dilaporkan Wonderful Minangkabau.
Setelah itu ditambahkan santan kelapa, dan dibakar dengan api kecil di atas bara api hingga beras ketas matang sempurna.
Proses pembakaran lamang membutuhkan waktu sekira tiga jam sampai benar-benar matang.
Jadi makanan Lebaran
Karena dimasak menjelang Lebaran, lamang menjadi makanan Lebaran yang sering disajikan masyarakat Minangkabau.
Lamang yang sudah matang biasanya akan dikeluarkan dari batang bambu dengan cara membelah bambu tersebut.
Lamang kemudian dipotong-potong dan siap untuk disantap.
Baca tanpa iklan