Pramugari Air Albania itu meninggal setelah melakukan perjalanan dari Tirana, Ibu Kota Albania ke Essex di Inggris.
Pramugari Greta Dyrmishi diketahui sebelumnya pingsan terlebih dahulu saat pesawat landas di Bandara Stansted, Inggris, 21 Desember lalu.
Dilansir TribunTravel dari laman news.com.au, Jumat (24/2/2023), menyusul laporan seorang wanita yang sakit parah, paramedis memberikan pertolongan pertama dan CPR setelah tiba di tempat kejadian, tetapi sayangnya dia meninggal.
Greta Dyrmishi sering mengunggah aktivitas perjalanannya di udara melalui akun Instagram pribadinya.
Pada bulan Juli, Greta Dyrmishi mengungkapkan bahwa ia mencintai pekerjaannya dengan membagikan pemandangan lampu kota di malam hari.
Pemandangan lampu kota diunggah ke akun Instagram Greta Dyrmishi saat perjalanan di udara.
Dia juga membagikan video lain dari jendela pesawat, kira-kira sembilan minggu sebelum kematiannya.
Video yang ia tunjukan di postingan Instagramnya berupa lautan luas, bangunan, dan pedesaan saat berada di perjalanan menggunakan pesawat.
Greta Dyrmishi juga berbagi rekaman di Instagramnya, dimana dia terlihat menikmati malam bersama rekan kerja.
Pengadilan Essex Coroner mendengar minggu ini wanita muda itu diberi pertolongan pertama di landasan, ketika dia tampak pingsan setelah pesawat mendarat.
“Sepuluh menit kemudian tidak ada denyut nadi dan CPR dimulai. Paramedis merawatnya dan mengonfirmasi bahwa dia telah meninggal dunia," kata Michelle Brown, koroner area untuk Essex.
"Sebuah post-mortem menemukan penyebab kematiannya adalah sindrom kematian orang dewasa mendadak."
Sindrom Kematian Dewasa Mendadak, juga dikenal sebagai Sindrom Kematian Aritmik Mendadak (SADS).
Menurut British Heart Foundation, Sindrom Kematian Aritmik Mendadak (SADS) adalah "ketika seseorang meninggal secara tiba-tiba dan tidak terduga karena serangan jantung.
Namun, penyebab serangan jantung tidak dapat ditemukan.