Terpisah, Koordinator Pendaki Gunung Agung Jalur Pura Pasar Agung Sebudi, Kecamatan Selat, Karangasem, I Wayan Widiyasa, mengatakan, bule itu naik ke atas tanpa adanya pengetahuan pemandu.
Berdasarkan koordinasi dengan perkumpulan pemandu di sekitar Gunung Agung, bule itu diperkirakan naik pukul 07.00 Wita.
"Bule naik ke atas Gunung Agung berkelompok. Mereka naik tanpa melibatkan pemandu lokal, naik secara sembunyi-sembunyi. Kemungkinan mereka naik sekitar pukul 07.00 Wita, saat sepi. Yang bersangkutan naik lewat Jalur Pengubengan, Desa Besakih," kata Wayan Widiyasa, Senin.
Setelah dicek di buku register, bule tersebut tidak terdaftar.
Menurut pengakuan pedagang di Jalur Pengubengan, bule yang mendaki diperkirakan sekitar 7 orang, Sabtu (18/3) pagi.
Kemungkinan mereka paham dengan kondisi dan medan Gunung Agung. Jadwalnya juga diketahui.
"Kita merasa kecolongan. Kayaknya bule nakal sudah pengalaman mendaki ke Gunung Agung. Coba bayangkan, yang bersangkutan ( bule) berani camp di puncak II Gunung Agung. Saya yang sering mengantar tamu ke atas tak berani camp di puncak II. Soalnya anginnya lumayan keras," tambah Widayasa.
Pihaknya menduga bule yang berfoto di pinggir kawah Gunung Agung sudah mengetahui medan serta suasana di sekitar gunung.
"Kemungkinan tamu dari Eropa. Harapannya petugas segera menindak tamu nakal. Kejadian ini hanya rusak citra pariwisata di Karangadem dan Bali pada umumnya," kata Widiyasa.
Ketua PHRI Kabupaten Karangasem, I Wayan Kariasa, menyayangkan, perilaku bule di atas Gunung Agung. Pihaknya meminta Pemkab Karangasem maupun Provinsi Bali segera menindak bule.
Aksi yang dilakukan bule sudah keluar dari norma dan peraturan yang ditetapkan.
"Kelakuan wisatawan seperti ini sudah keluar dari norma dan etika. Apalagi perilaku itu dilakukan di tempat yang disucikan."
"Pemerintah harus segera bertindak. Perilaku seperti ini merusak citra pariwisata di Karangasem dan Bali. Bila perlu turunkan petugas dari Imigrasi," tambah Kariasa.
Kariasa mengatakan, dalam waktu dekat pihaknya akan berkoordinasi dengan Pemkab Karangasem membahas pariwisata dan wisatawan nakal yang mencoreng citra pariwisata.
Tidak hanya itu, aksi tak senonoh juga pernah terjadi di Karangasem, seperti bule terjun ke laut pakai sepeda motor, dan itu dinilai akan mencemari lingkungan di bawah laut.
Baca tanpa iklan