Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Ramadhan

Sambut Ramadhan, Masjid Agung Kauman Semarang Gelar Tradisi Dugderan hingga Bagikan Roti Ganjel Rel

Penulis: Ratna Widyawati
Editor: Sinta Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana kegiatan di Masjid Agung Kauman Semarang tampak normal, Kamis (14/2/2019) sore. Menyambut bulan Ramadhan 2023, Masjid Agung Kauman Semarang kembali mengelar tradisi Dugderan hingga bagi-bagi ganjel rel.

TRIBUNTRAVEL.COM - Hampir setiap tahun Masjid Agung Kauman Semarang menggelar tradisi unik menyambut bulan Ramadhan.

Tradisi Dugderan digelar di Masjid Agung Kauman Semarang dan telah menjadi pesta rakyat sebelum bulan Ramadhan.

Kereta Kencana yang dinaiki Plt Walikota Semarang, Hendar Prihadi (Hendi) berperan sebagai Raden Mas Aryo Purboningrat diarak dari depan Balaikota Semarang, jalan Pemuda menuju masjid Agung Semarang (Masjid Kauman), Kota Semarang, Jateng, Senin (8/7/2013). Menyambut bulan Ramadhan 2023, Masjid Agung Kauman Semarang kembali mengelar tradisi Dugderan hingga bagi-bagi ganjel rel. (Tribun Jogja/Wahyu Sulistiyawan)

Tradisi ini dilakukan dengan menabuh beduk untuk menentukan ketetapan jatuhnya tanggal 1 Ramadhan.

Istilah dugderan diambil dari bunyi suara tabuhan beduk "dug" yang diiringi dengan suara meriam atau mercon "der".

Beli tiket kereta diskon hingga Rp 200 ribu, klik di sini.

LIHAT JUGA:

Perpaduan bunyi suara inilah yang akhirnya menjadi awal mula penamaan tradisi ini.

Selain bertujuan untuk mengingatkan masyarakat bahwa bulan Ramadhan telah datang, dugderan juga menjadi ajang untuk mempererat silaturahmi masyarakatnya.

Arak-arakan dengan membawa maskot "Warak Ngendok" ini telah menarik perhatian masyarakat untuk berkumpul dan menyaksikannya.

Awal mula tradisi dugderan sendiri berasal dari ide Bupati Kyai Raden Mas Tumenggung (KRMT) Purbaningrat.

Beli oleh-oleh khas Semarang Roti Ganjel Rel, klik di sini.

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi memukul bedug dimulainya tradisi dugderan, Kamis (25/5/2017). Menyambut bulan Ramadhan 2023, Masjid Agung Kauman Semarang kembali mengelar tradisi Dugderan hingga bagi-bagi ganjel rel. (KOMPAS.com/NAZAR NURDIN)

Baca juga: 3 Hotel di Semarang Tawarkan Paket Bukber All You Can Eat Ramadhan Rp 100 Ribuan

Pada masa pemerintahannya, masyarakat Semarang terbagi menjadi beberapa kelompok.

Kelompok tersebut di antaranya adalah pecinan (warga etnis Cina), pakojan (warga etnis Arab), Kampung Melayu (warga perantauan luar Pulau Jawa), dan Kampung Jawa.

Pengelompokkan ini dipicu oleh hasutan persaingan yang tidak sehat oleh kolonial Belanda saat itu.

Tak hanya itu, di antara umat Islam sendiri sering terdapat perbedaan pendapat mengenai penetapan awal puasa dan hari-hari besar Islam lainnya.

Halaman
123