Dengan menggandeng Lembaga Pembangunan Internasional Amerika Serikat atau yang dikenal dengan nama USAID, hingga kini SpaceX diketahui telah mengirimkan 20 ribu terminal ke wilayah Ukraina.
Baca juga: Indonesia Bantu Korban Gempa Turki, Jokowi: Sedang Disiapkan dan Segera Dikirim
Sebelumnya, 38 satelit Starlink Elon Musk dimusnahkan oleh "perisitwa penghancuran".
Apesnya, peristiwa ini diperkirakan semakin memburuk dalam waktu dekat dan memuncak pada tahun 2025 mendatang.
Lantas, apa sih yang sebenarnya terjadi?
Melansir Entrepreneur, Jumat (23/9/2022), ledakan di permukaan matahari menyebabkan gelombang partikel matahari yang energetik menyapu planet kita.
Ledakan tersebut memanaskan atmosfer bumi dan meningkatkan densitas (masa jenis) udara di tingkat orbit satelit Starlink.
Akibatnya, satelit mulai tenggalam dan akhirnya terbakar dengan kecepatan ribuan mil per jam.
Sebuah studi yang diterbitkan oleh para peneliti di Cina dan Amerika Serikat pada bulan Agustus mengungkapkan kerugian ekonomi puluhan juta dolar.
Baca juga: Korban Gempa Turki Terus Meningkat, WHO Serukan Bantuan Internasional
Baca juga: Jersey Cristiano Ronaldo Bakal Dilelang Buat Bantu Korban Gempa Turki
Namun dalam skema besar, kerugian itu merupakan kendala kecil untuk SpaceX, yang memiliki lebih dari 3.000 satelit Starlink di orbit dan berencana untuk meluncurkan sekira 40.000 lebih.
Sayangnya perusahaan juga dapat merasakan tantangan serupa di masa depan.
Hal itu disebabkan karena aktivitas matahari, dan cuaca luar angkasa yang menyertainya, meningkat sesuai dengan siklus 11 tahun matahari yang akan mencapai puncaknya pada musim panas 2025.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Turki Tolak Bantuan Elon Musk, Pejabat Ankara: Terima Kasih, Kapasitas Satelit Kami Masih Cukup.