TRIBUNTRAVEL.COM - Kementerian Transportasi Singapura akan menganalisis kotak hitam pesawat Yeti Airlines yang jatuh di Nepal pada Minggu (15/1/2023) lalu.
Hal tersebut disampaikan Kementerian Transportasi Singapura dalam sebuah pernyataan pada Kamis (26/1/2023).
Melansir Times of India, Sabtu (28/1/2023), Biro Investigasi Keselamatan Transportasi akan membantu mengambil dan membaca data dari perekam penerbangan pesawat bermesin ganda ATR-72 tersebut.
Analisis data akan dilakukan di fasilitas pembacaan perekam penerbangan milik Biro Investigasi Keselamatan Transportasi.
Baca juga: Kronologi Tragedi Yeti Airlines, Pesawat dengan Kecelakan Maut Terburuk di Nepal
Pemeriksaan kotak hitam di Singapura diperkirakan memakan waktu selama seminggu.
The Straits Times melaporkan, semua informasi terkait investigasi, termasuk perkembangan investigasi dan temuan, akan ditangani oleh otoritas investigasi Nepal.
LIHAT JUGA:
Telah dikirim ke Singapura
Dilaporkan Simple Flying, pihak berwenang Nepal mengatakan bahwa kotak hitam yaitu perekam data penerbangan (FDR) dan perekam suara kokpit (CVR) dikirim ke Singapura pada Jumat (27/1/2023).
Juru bicara Otoritas Penerbangan Sipil Nepal Rajendra Kumar KC menyatakan, "tim investigasi Nepal berangkat pada hari Jumat dengan perekam data penerbangan dan perekam suara kokpit di mana data akan diunduh dan dianalisis."
Baca juga: Kotak Hitam Pesawat Susi Air yang Jatuh di Duma Papua Ditemukan, Begini Kronologi Kejadian
Meskipun hal ini akan mengurangi beban otoritas Nepal dalam menyelidiki kecelakaan tersebut, masih ada beberapa pekerjaan yang harus dilakukan di lokasi tersebut.
Pasalnya, jenazah dua penumpang yang berada di dalam pesawat belum ditemukan.
Sebelumnya, sebuah laporan oleh AP sekira dua hari pasca kecelakaan menunjukkan bahwa penyelidik Nepal akan menganalisis perekam suara.
Sementara itu, perekam data penerbangan akan dikirim ke Prancis.
Meski Prancis cukup jauh dari Nepal, namun ada satu alasan mengapa Prancis sempat dipilih sebagai lokasi untuk menganalis data penerbangan.