Dalam hal ini mengacu pada potensi pergerakan dalam wilayah aglomerasi, mobilitas lokal, potensi pergerakan ke lokasi-lokasi wisata, serta para pemudik yang menggunakan motor dan kendaraan pribadi.
“Kita harus memperhatikan tren mobilitas masyarakat yang mengalami peningkatan karena bersamaan dengan waktu libur sekolah," ujar Budi Karya Sumadi.
"Momen ini juga akan dimanfaatkan masyarakat untuk liburan ke tempat wisata, dan juga tidak adanya pembatasan mobilitas, sehingga menyebabkan pergerakannya diprediksi cenderung meningkat dari biasanya,” ucap Budi Karya Sumadi.
Meski tidak ada pembatasan, Budi Karya Sumadi menekankan kepada seluruh pihak terkait untuk tetap mengedepankan aspek kesehatan selama berlibur di momen Nataru.
Tak lupa juga aspek lain seperti keselamatan, keamanan, dan kenyamanan selama berpegian.
Hal ini terutama jug harus disesuaikan dengan aturan syarat perjalanan yang ditetapkan oleh Satgas Penanganan Covid-19 dan Instruksi Mendagri.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Badan Kebijakan Transportasi (Baketrans) Kemenhub, potensi perjalanan libur Nataru tahun ini akan meningkat.
Budi Karya Sumadi mengunjungkapkan, potensi pergerakan masyarakat di masa libur Nataru nanti diprakirakan akan mencapai 16,35 persen dari jumlah penduduk Indonesia.
Total 44,17 orang dari berbagai wilayah diprediksi akan melakukan mobilitas selama libur Nataru.
Dalam rakor tersebut, terdapat sejumlah hal lainnya yang disampaikan Budi Karya Sumadi sebagai bentuk langkah antisipiasi menghadapi libur Nataru.
Di antara langkah-langkah yang dimasksud yakni meliputi:
- Meminta dukungan Korlantas untuk memberi pengawasan khusus kepada pengendara motor terkait aspek keselamatan.
- Melakukan pemantauan terhadap harga tiket transportasi publik, khususnya pesawat udara.
- Mengantisipasi pergerakan penumpang dan kendaraan di dua titik krusial.
Adapun titik tersebut di antaranya ada di Tol Jakarta-Semarang dan di Pelabuhan Penyeberangan Merak - Bakauheni.