Pria asal Indonesia ini dipercaya untuk mengurus taman hingga rumput di stadion Piala Dunia 2022 Qatar.
Saprudin mengatakan bahwa ia dipercaya untuk mengurus dan merawat taman, rumput, hingga pohon di venue Piala Dunia 2022.
Perlu diketahui, terdapat delapan stadion yang akan dijadikan tempat digelarnya setiap laga, yakni Al Janoub Stadium, Al Thumama Stadium, Khalifa Internasional Stadium, Ahmad Bin Ali Stadium, Education City Stadium, Al Bayt Stadium, Estadio Ras Abu Aboud Stadium, dan Lusail Stadium.
Dari perawatan tanaman di beberapa stadion tersebut, ternyata ada racikan khusus dari pria kelahiran Indramayu, Indonesia, yakni Saprudin Bastomi.
Jurnalis Wartakotalive.com, Eko Priyono, berkesempatan mewawancarai langsung Saprudin di Qatar.
Saprudin telah dipercaya mengurus proyek Supreme Committee Nurseries dan Tress Transplanting, yakni arahan dari Supreme Committee for Delivery dan Legacy (SC) yang merupakan lembaga khusus menangani persiapan turnamen piala dunia di Qatar.
"Di proyek tersebut saya bertugas menyiapkan tanaman, baik pohon, bunga, atau rumput untuk seluruh stadion yang sedang dibangun untuk persiapan PD 2022 tersebut," kata Saprudin, Sabtu (19/11/2022) waktu setempat.
"Diantaranya stadion Al Bayt di Al Khor, stadion Al Janoub di Al Wakra, stadion Ahmad Bin Ali di Al Rayyan, stadion Education City di Qatar Foundation, stadion Al Thumama, stadium 974 dan stadion Lusail," tambah Saprudin.
Saprudin mengungkap keahliannya ini bermula ketika masih duduk di Sekolah Dasar kerap membantu orang tua memanen padi, memanen jeruk, dan merawat rumput untuk pakan hewan kambing.
Saat SD pada tahun 1988, tepat di desa Segeran, yang terkenal sebagai wilayah penghasil jeruk tengah mengalami kerugian karena banyak yang mati.
Kemudian, para petani beranggapan, penyebab jeruk mati itu dikarenakan aktivitas Pertamina yang kala itu tengah mencari (Eksplorasi) sumber minyak bumi di sekitar desa.
"Dianggap telah mencemari atau merusak tanah, sehingga tidak subur lagi, dan menyebabkan jeruk mati," ujar Saprudin.
Lalu, ia berinisiatif mencari jawaban tersebut ketika dirinya sudah berkuliah di Fakultas Pertanian.
Materi dan teori perlahan satu demi satu ia pahami, kemudian ia berhasil mengetahuinya penyebab jeruk mati beberapa tahun lalu.
"Waktu itu ditengarai oleh serangan bakteri pada jeruk yang biasa disebut penyakit (CVPD) (Citrus Vein Phloem Degeneration), dan bukan oleh kegiatan eksplorasi Pertamina," jelas Saprudin.