Perusahaan yang mengoperasikan adalah Staatspoorwegen atau SS, perusahaan kereta api milik pemerintah Belanda.
Lokomotif C1218, yang berbahan bakar kayu jati apkiran, bernomor SS 457 ketika digunakan oleh SS.
Lokomotif ini merupakan salah satu dari 43 seri lokomotif C12 milik SS yang tidak diserahkan kepada perintahan Jepang, sementara itu 40 lokomotif lainnya diambil oleh Jepang.
Tahun 1927 ketel uap C1218 buatan Hartmann Chemnitz digantikan oleh ketel uap buatan Hohenzollern AG Dusseldorf, Jerman.
Setelah berakhir masa dinasnya, C1218 diletakkan di Depo Cepu, kabupaten Blora, Jawa Tengah dan dimanfaatkan sebagai lokomotif langsir rangkaian kereta serta untuk menarik rangkaian kereta penumpang atau barang pada lintasan cabang Cepu- Blora-purwodadi.
Kemudian, lokomotif di simpan di Museum Kereta Api Ambarawa.
Walikota Solo kala itu, Joko Widodo, kemudian berinisiatif untuk mengoperasikan lokomotif di Solo sebagai kereta api wisata.
Lobi-lobi dengan pihak PT Kereta Api Indonesia pun dilakukan.
Baca juga: Berencana Beli Tiket Kereta Api Persambungan? Yuk Simak Ketentuannya
Salah satu alasannya adalah, mensinergikan dengan kota Solo sebagai satu-satunya kota di dunia yang memiliki rel kereta di tengah kota yang dapat digunakan sebagai jalur kereta api uap.
Lokomotif seberat 45 ton dan gerbongnya ini di angkut dari stasiun Ambarawa dengan menggunakan trailer.
Pengangkutan dilakukan malam hari sehingga tidak menggangu transportasi umum.
Pada 10 September 2009, lokomotif tiba di Solo untuk selanjutnya diaktifkan sebagai kereta wisata.
Transportasi Ikonik di Kota Solo
Kehadiran Kereta Wisata Jaladara tentu menjadikan Solo memiliki moda tansportasi yang ikonik.
Sewaktu melintas tengah kota Solo, Kereta Uap Jaladara selalu menjadi pusat perhatian para pengendara.
Baca juga: Sebelum Memesan Tiket, Yuk Ketahui Perbedaan Jenis-jenis Kereta Api Ekonomi