Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

6 Satwa Mitologi dalam Nama Kereta Api di Indonesia, Ada Taksaka hingga Sembrani

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi perjalanan KA Sembrani. Nama KA Sembrani diambil dari kuda Sembrani yang merupakan satwa mitologi dalam cerita pewayangan.

TRIBUNTRAVEL.COM - Asal-usul penamaan kereta api di Indonesia ternyata sangat menarik untuk dibahas, lho!

Sebab, penamaan kereta api di Indonesia ternyata memiliki asal-usul yang cukup unik.

Ilustrasi perjalanan KA Lodaya, Jumat (2/10/2020). Nama Lodaya diambil dari satwa mitologi dalam budaya masyarakat Sunda dan erat kaitannya dengan Prabu Siliwangi. (Flickr/Purwata Yuda Syarifudin)

Hal itu terlihat dari penggunaan satwa-satwa mitologi dari berbagai budaya di Nusantara yang dilekatkan pada sejumlah nama kereta api.

Penyematan nama-nama satwa mitologi pada kereta api menyimpan makna dan harapan tersendiri.

Baca juga: Kurangi Sampah Plastik, KAI Pakai Kemasan Makanan Ramah Lingkungan dalam Perjalanan Kereta Api

Nama-nama tersebut diharapkan membawa hal positif terutama bagi pengoperasian kereta-keretanya.

Lantas, satwa-satwa mitologi mana saja yang namanya diabadikan sebagai nama kereta?

Untuk lebih lengkapnya, yuk simak informasi yang telah TribunTravel rangkum dari akun Instagram @kai121_ berikut ini.

1. KA Taksaka (Gambir-Yogyakarta PP)

Di dalam mitologi Hindu, Taksaka atau Taksa adalah salah satu nagar, putra dari Dewi Kadru dan Kashyapa.

Ia tinggal di Nagaloka bersama saudara-saurdaranya yang lain, yaitu Basuki, Antaboga, dan lain-lain.

Naga Taksaka juga muncul dalam mitologi Bali, selayaknya pengaruh mitologi Hindu dari India.

Dalam mitologi Bali, Taksaka adalah ular yang tinggal di kayangan.

Baca juga: Mengenal Djoko Kendil, Kereta Api Bersejarah Paling Mewah pada Zamannya

Nama Taksaka dipakai untuk menamai kereta api relasi Gambir-Yogyakarta yang mulai beroperasi pada 19 September 1999 dan menjadi salah satu KA dengan akupansi tinggi.

Pada 23 September 2022, KAI melakukan rebranding dengan mengusung tema Hype Trip pada KA Taksaka, disesuaikan dengan profil penggunanya yang kebanyakan dari generasi muda.

2. KA Sancaka (Surabaya Gubeng-Yogyakarta PP)

Warga Surabaya dan sekitarnya pasti sangat familiar dengan KA Sancaka.

KA Sancaka menghubungkan kota Surabaya-Yogyakarta dan mulai beroperasi pada 20 Mei 1997.

Nama Sancaka diambil dari nama sosok ratu ular sanca yang pengayom dan dapat bertahan di segala keadaan.

Ilustrasi perjalanan KA Sancaka relasi Surabaya Gubeng-Yogyakarta PP. (Dok. PT KAI)

3. KA Turangga (Bandung-Surabaya Gubeng PP)

Dalam mitologi Jawa, Turangga adalah seekor kuda yang sering menjadi tunggangan para raja dan bangsawan.

Secara fisik, kuda Turangga tidak berbeda jauh dengan kuda lainnya.

Namun, kuda Turangga dapat berlari dengan sangat cepat.

Karena itulah, nama Turangga digunakan sebagai nama kereta api relasi Bandung-Surabaya Gubeng via jalur selatan.

Kereta ini mulai beroperasi pada 1 September 1995.

Baca juga: Simak Ketentuan Tarif Tiket Kereta Api Bagi Penumpang Anak-anak

4. KA Sembrani (Surabaya Pasarturi-Gambir PP)

Kuda Sembrani adalah satwa mitologi yang digambarkan sebagai seekor kuda bersayap, yang dapat terbang dan sangat berani.

Dalam cerita pewayangan, kuda Sembrani adalah kuda tunggangan Batara Wisnu.

Namanya diadopsi menjadi nama salah satu kereta api legendaris di jalur utara Jawa, yakni KA Sembrani.

KA Sembrani memiliki relasi Surabaya Pasarturi-Gambir yang mulai beroperasi pada 1 Oktober 1995.

Ilustrasi perjalanan KA Sembrani relasi Surabaya Pasarturi-Gambir PP. (Dok. PT KAI)

Baca juga: Mengenal Sistem Persinyalan Kereta Api, Prasarana Penting yang Menjamin Keselamatan Perjalanan

5. KA Gumarang (Pasar Senen-Surabaya Pasarturi PP)

Gumarang merupakan satwa mitologi dari Jawa Barat.

Gumarang adalah jelmaan dari orang sakti dalam wujud sapi hutan.

Sapi Gumarang digambarkan memiliki tubuh yang gagah, lincah dan kuat.

Nama Gumarang kemudian disematkan menjadi nama kereta api relasi Pasar Senen-Surabaya Pasarturi via jalur utara, yang diresmikan pada 20 Mei 2001.

6. KA Lodaya

Macan Lodaya adalah legenda yang populer dalam budaya masyarakat Sunda dan erat kaitannya dengan Prabu Siliwangi.

Macan Lodaya digambarkan sebagai macan kumbang yang gagah dan gesit.

Karena kepopulerannya di Jawa Barat, nama Lodaya diambil untuk menamai KA relasi Bandung-Solo Balapan, yang mulai beroperasi sejak 12 Mei 2000.

Selain diadopsi menjadi nama KA, sosok patung macan Lodaya juga bisa dengan mudah kita temui di kantor kepolisian wilayah Jawa Barat.

Baca juga: Traveler Wajib Tahu, Ini Ketentuan Nama Penumpang pada Tiket Kereta Api

(TribunTravel.com/mym)

Untuk membaca artikel terkait kereta api, klik laman ini.