Gedung Gedung Kramat 106 atau kini dikenal sebagai Museum Sumpah Pemuda menjadi saksi bisu lahirnya Sumpah Pemuda.
Pada tahun 1927 digunakan berbagai organisasi pergerakan pemuda.
Beberapa tokoh Algemeene Studie Club Bandung dan Bung Karno sering hadir di Gedung Kramat 106.
Para tokoh dan penghuni Gedung Kramat 106 membicarakan terkait format perjuangan.
Selain itu, sejarah gedung Museum Sumpah Pemuda pernah menyelenggarakan konres PPPI, Sekar Roeken dan Pemuda Indonesia.
Dalam sejarahnya gedung Museum Sumpah Pemuda ini, juga menjadi sekretariat PPPI dan sekretariat majalah Indonesia Raja.
Sejak tahun 1927 mengingat digunakan berbagai organisasi, sejak itu Gedung Kramat 106 semula bernama Langen Siswo diberi nama Indonesische Clubhuis atau gedung pertemuan (Clubgebouw) .
3. Gedung Sumpah Pemuda, Tahun 1928
Penamaan gedung menjadi Gedung Sumpah Pemuda dicetuskan karena menghasilkan keputusan yang lebih maju.
Tahun 1928 tepatnya tangga 15 Agustus, di gedung ini diputuskan akan diselenggarakan Kongres Pemuda Kedua pada Oktober 1928.
Soegondo Djojopuspito, ketua PPPI, sebagai ketua terpilih kongres.
Dalam kongres pertama telah berhasil menyelesaikan perbedaan-perbedaan sempit berdasarkan kedaerahan dan tercipta persatuan bangsa Indonesia.
Dalam Kongres Pemuda Kedua diharapkan akan menghasilkan keputusan yang lebih maju.
Terbukti di Gedung Sumpah Pemuda telah menghasilkan keputusan yang lebih maju.
4. Rumah Tinggal, Tahun 1934 hingga 1937