Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Fakta Bangunan Museum Sumpah Pemuda: Pernah Jadi Kos-kosan, Toko Bunga, hingga Hotel

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi gedung Museum Sumpah Pemuda mengalami perkembangan sejak pertama kali sejak abad 20

TRIBUNTRAVEL.COM - Mendekati perayaan hari Sumpah Pemuda yang ke-94, seputar Museum Sumpah Pemuda menarik untuk dibahas.

Museum Sumpah Pemuda dikenal sebagai tempat mengenang sejarah perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia silam.

Ilustrasi gedung sumpah pemuda mengalami perkembangan sejak pertama kali sejak abad 20 (instagram/@museumsumpahpemuda)

Tak hanya mengenang sejarah, Museum Sumpah Pemuda menyimpan beragam fakta menarik untuk diketahui.

Seiring dengan perubahan zaman, gedung Museum Sumpah Pemuda juga mengalami perkembangan.

Baca juga: Peringati Hari Sumpah Pemuda, Super Air Jet Buka Rute Baru dari Batam ke Semarang, Jogja & Lombok

Nah, ada fakta menarik dan unik mengenai perkembangan gedung Museum Sumpah Pemuda dari awal berdiri pada 1908 hingga sekarang.

Dilansir TribunTravel dari situs resmi Museum Sumpah Pemuda Senin, (24/10/2022), berikut sejarah gedung Museum Sumpah Pemuda dari tahun 1908 hingga sekarang.

Tonton juga:

1. Cammensalen Huis, Tahun 1908

Gedung Museum Sumpah Pemuda didirikan pada abad ke-20.

Saat itu tahun 1908, gedung yang dijadikan tempat tinggal dan belajar dikenal dengan nama Cammensalen Huis

Museum Sumpah Pemuda dalam catatan sejarah dulunya merupakan rumah tinggal milik Sie Kong Lian keturunan Tionghoa.

Sejak tahun 1908 gedung yang saat ini menjadi Museum Sumpah Pemuda, disewa pelajar Stovia (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen) dan RS (Rechtsschool) sebagai tempat tinggal dan belajar.

Terdapat 18 Mahasiswa yang pernah tinggal di Gedung Cammensalen Huis antara lain Muhammad Yamin, Amir Sjarifoedin, Assaat, Abu Hanifah, Abas, dan Soerjadi dari Surabaya.

Baca juga: Super Air Jet Buka 3 Rute Baru di Hari Sumpah Pemuda, Gratis Bagasi 20 Kg

Lalu ada Soerjadi dari Jakarta, Hidajat, Ferdinand Lumban Tobing, Soenarko, Koentjoro Poerbopranoto, Mohammad Amir, Roesmali, Mohammad Tamzil, Soemanang, Samboedjo Arif, Mokoginta, Hassan, dan Katjasungkana.

2. Indonesische Clubhuis atau Gedung Pertemuan, Tahun 1927

Halaman
1234