Adapun rambut gimbal pada anak perempuan dianggap sebagai titisan Nyai Dewi Roro Ronce, abdi penguasa Pantai Selatan Nyai Roro Kidul.
Sifit menceritakan kepada pengunjung saat berjumpa di kediaman mbah Sumanto, pemangku adat di Dieng Kulon, awal mula saat mengetahui putri bungsunya itu memiliki rambut gimbal ketika Syla berumur dua tahun.
Sebelum rambut gimbalnya muncul, Syla demam hebat berhari-hari.
Hingga dibawa ke dokter pun, Syla tak kunjung membaik.
“Demam tinggi berhari-hari waktu ia umur dua tahun,” katanya.
Keunikan lainnya muncul saat Syla berumur 4 tahun persis saat pandemi melanda tanah air.
Jika ada orang yang akan meninggal biasanya ia mengalami saat-saat ketakutan selama beberapa waktu.
“Bilanh emoh-emoh (tidak-tidak) seperti melihat sesuatu gitu. Dan ternyata setelah itu, ada kabar tetangga meninggal dunia. Ketakutan Syla itu terus berulang selama satu tahun," tutur Sifit.
"Hingga akhirnya Syla sudah tidak seperti itu lagi, mungkin karena sudah terbiasa, lantaran pandemi COVID-19 waktu itu banyak menyebabkan korban jiwa,” ujarnya.
Sang Ayah Wagiyo pun berharap dengan mengikuti upacara rambut gimbal, putrinya bisa kembali normal seperti anak-anak lainya.
Baca juga: Rekomendasi 5 Tempat Wisata di Dieng, Termasuk Telaga Warna yang Populer
“Setelah diruwat nanti, kami inginnya Syla jadi anak soleha, anak yang pinter, dan seperti anak-anak umumnya,” kata Wagiyo.
Keesokan harinya, Syla bersama 15 orang teman gimbalnya sudah siap mengikuti ritual ruwatan dengan berpakaian serta putih dibalut kain batik berwarna ungu sebagai bawahannya.
Tak lupa sehelai benang untuk ikat kepala putih juga disematkan.
Ritual dipandu oleh pemangku adat bernama Mbah Sumanto.
Setelah diarak menggunakan kereta kuda, Ritual Jamasan dilewati Syla bersama teman senasibnya sebelum akhirnya prosesi pemotongan rambut di Candi Arjuna dilakukan.