Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Turbulensi Parah Hantam Penerbangan Turkish Airlines, 5 Penumpang Terluka

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi penumpang pesawat. Lima penumpang pesawat terluka saat penerbangan Turkish Airlines dari Ouagadougou (OUA) ke Conakry (CKY) mengalami turbulensi parah pada Senin (29/8/2022) malam.

Istanbul ke Conakry, melalui Ouagadougou

Penerbangan TK537 adalah layanan terjadwal dari Istanbul ke Conakry yang dioperasikan Turkish Airlines tiga kali per minggu.

Penerbangan tersebut singgah selama 55 menit di Ouagadougou, Burkina Faso dalam perjalanan ke ibu kota Guinea.

Bandara Internasional Ahmed Sekou Touré terletak di Conakry, Guinea.

Bandara ini melayani tujuan di seluruh Afrika Barat, tetapi juga secara teratur menyambut pesawat berbadan lebar milik Emirates, Brussels Airlines, Air France, dan Turkish Airlines, yang tiba dari hub masing-masing.

TAP Air Portugal juga terbang dari Lisbon menggunakan pesawat Airbus A321-nya.

Baca juga: Takut Turbulensi? Pilot Ungkap Waktu dan Tempat Duduk Terbaik saat Naik Pesawat

Ilustrasi maskapai Turkish Airlines. Penerbangan Turkish Airlines dari Ouagadougou (OUA) ke Conakry (CKY) mengalami turbulensi parah yang menyebabkan 5 orang terluka pada Senin (29/8/2022) malam. (Flickr/ Janusz Jakubowski)

Apakah turbulensi parah menjadi lebih sering?

Insiden Senin malam bukan pertama kalinya turbulensi parah di dalam penerbangan Turkish Airlines yang menyebabkan cedera.

Pada 2019, 29 penumpang terluka ketika pesawat Boeing 777-300ER yang mereka tumpangi mengalami turbulensi parah sekira 45 menit sebelum mendarat di Bandara JFK New York.

Kita mungkin akan melihat lebih banyak insiden semacam ini di tahun-tahun mendatang.

Para ahli memperkirakan bahwa turbulensi udara yang jernih akan menjadi lebih umum sebagai akibat dari peningkatan tipisnya angin di aliran jet yang disebabkan oleh pemanasan global.

Pasalnya, turbulensi parah dilaporkan akan mengingkat dua atau tiga kali lipat dalam beberapa dekade mendatang.

Baca juga: Pesawat Boeing Turbulensi Hebat Setelah Terobos Badai Petir, 40 Penumpang Terluka

Bagaimana hal itu bisa terjadi?

Alasan utamanya tentu sudah tak asing di telinga, yakni pemanasan global.

Profesor Ilmu Atmosfer di Universitas Reading Inggris, Paul Williams, menyoroti bagaimana penerbangan juga akan menjadi korban perubahan iklim.

Halaman
123