Colani lantas menemukan sebuah gua di dekatnya yang menampung sisa-sisa manusia, seperti tulang dan abu yang terbakar, membuatnya percaya bahwa guci digunakan sebagai tempat pemakaman bagi para kepala suku.
Baca juga: Gardens by the Bay, Tempat Wisata Instagramable di Singapura yang Ikonik
Colani menggali artefak, beberapa di antaranya bertanggal antara 500 SM dan 800 M, dan menerbitkan temuannya di The Megaliths of Upper Laos.
Meskipun dataran Xieng Khouang tetap menjadi lokasi pusat guci, gugusan serupa dapat dihubungkan untuk membentuk jalur linier sampai ke India utara.
Adanya gugusan guci serupa di bagian lain Asia juga memunculkan kepercayaan bahwa guci merupakan bagian dari jalur perdagangan besar.
Beberapa peneliti percaya bahwa guci-guci itu menampung air hujan monsun untuk digunakan para pelancong karavan selama musim kemarau.
Baca juga: Danau Tondano, Tempat Wisata di Sulawesi Utara dengan Pemandangan Menawan
Pelancong akan menggunakan air dan kemudian meninggalkan tasbih atau sesaji di dalam toples, sehingga menjelaskan penampakan perhiasan dan berbagai macam barang sebelumnya.
Meskipun pengelola Plain of Jars sedang mengajukan status sebagai situs Warisan Dunia UNESCO, daerah tersebut masih tetap menjadi salah satu situs arkeologi paling berbahaya di dunia.
Ribuan bom yang belum meledak tersisa dari Perang Rahasia tahun 1960-an, dan beberapa dari senjata tersebut masih menyebabkan cedera hingga hari ini.
Dengan demikian, hanya ada beberapa situs yang terbuka untuk pengunjung, sementara sejumlah organisasi bekerja untuk menghilangkan bahan peledak dan mengajukan permohonan dana lebih banyak.
Sebagai informasi, Plain of Jars berlokasi di 75V2+653, Xiang Di, Laos.
Tempat wisata ini buka mulai pukul 08.30 – 17.00 waktu setempat.
Tiket masuknya dibanderol seharga Rp 10.000 - Rp 15.000 per orang.
Baca juga: 5 Tempat Wisata Populer di Turki, Cobain Serunya Mengarungi Selat Bosporus
(TribunTravel.com/Mym)
Baca selengkapnya soal artikel rekomendasi wisata di sini.