Visa Digital Nomad
Pandemi Covid-19 memberikan dampak terhadap peningkatan arus digitalisasi.
Banyak perusahaan yang memperbolehkan karyawannya untuk melakukan pekerjaan jarak jauh atau yang biasa disebut remote worker.
Fenomena work form anywhere ini ternyata tidak hanya terjadi di Indonesia saja, tapi juga seluruh dunia.
Oleh karena itu, penerapan visa digital nomad pun kian diminati.
“Sebanyak 95 persen hasil survei kami dari digital nomad mengatakan Indonesia khususnya Bali adalah tujuan pertama untuk pekerjaan jarak jauh dan sekarang ini semakin banyak perusahaan yang mengizinkan karyawannya bekerja dari mana saja,” kata Menparekraf.
Menparekraf Sandiaga pun akan mendorong usulan ini dengan lintas kementerian dan lembaga.
Menurutnya tahun 2022 adalah tahun yang tepat untuk menerbitkan visa digital nomad, karena ini akan mampu menarik wisatawan mancanegara, sektor pariwisata bisa lebih berkualitas dan berkelanjutan dengan length of stay yang lebih panjang dan quality of spending atau jumlah belanja yang semakin tinggi.
Sehingga diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat setempat.
“Ini adalah suatu inovasi yang menjadi game changer. Dan kita juga bisa menyasar silver economy, dimana WNA (Warga Negara Asing) yang mungkin saat musim dingin memiliki preferensi untuk tinggal di Bali atau di destinasi lainnya di Indonesia karena memiliki iklim yang jauh lebih bersahabat,” kata Menparekraf Sandiaga.
Tonton juga:
Baca juga: Fakta Tiket Candi Borobudur yang Naik Jadi Rp 750 Ribu, Luhut: Masih Belum Final
Baca juga: Perbandingan Tarif Tiket Masuk 7 Keajaiban Dunia dengan Candi Borobudur, dari Taj Mahal hingga Petra
(TribunTravel.com/ Ratna)
Baca juga selengkapnya seputar Candi Borobudur, di sini.
Baca tanpa iklan