Konteks utamanya adalah kajian spiritual yang dipandang mampu mengumpulkan energi manusia, alam dan tuhan.
Baca juga: Membandingkan Harga Tiket Candi Borobudur dengan 5 Situs Warisan Dunia di Negara Lain
Baca juga: Mengintip Mitos di Candi Borobudur, Bisa Sentuh Arca di Stupa Akan Dapat Keberuntungan?
"Jadi sebelum diekspos menjadi tempat wisata, yang datang ke Borobudur orang-orang yang memang memohon kepada Tuhan agar diberi keselamatan dan kesejahteraan. Intinya soal hidup dan kehidupan," terangnya.
Sehingga, ia menjelaskan, adanya persoalan terkait Candi Borobudur untuk menyatukan pariwisata dengan konservasi memang pekerjaan yang tidak mudah.
"Saya tidak menyalahkan pemerintah, karena memang bukan pekerjaan yang mudah. Saya yakin sebenarnya pak Luhut ingin menyelamatkan karya bangsa. Saya yakin balai konservasi juga sudah berusaha gimana caranya agar Candi Borobudur bisa macth antara kebutuhan wisata dengan konservasi. Hanya saja saat itu, nampaknya ada suatu kompromi yang seharusnya tidak disampaikan, saya yakin tujuan pemerintah baik," terangnya.
Melibat perihal ini, Kucoro mengusulkan, sudah seharusnya Candi Borobudur dikelola secara terpadu.
Di mana, pengelolaan Candi Borobudur dibuat dalam satu badan pengelolaan.
"Kalau selama ini kan, terlalu banyak kepentingan di Candi Borobudur dari pariwisata, pelestarian, kebudayan, UNESCO sehingga akan menjadi lebih sulit," urainya.
Artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul Tokoh Budaya Sebut Tarif Tiket Candi Borobudur Perlu Pengkajian Ulang
Baca juga: Rekomendasi 5 Tempat Wisata Dekat Candi Borobudur Magelang, Cek Harga Tiket Masuknya
Baca juga: Bertemu Menko Marinves Luhut Binsar, Ganjar Pranowo Ajukan Penundaan Kenaikan Tarif Candi Borobudur
Baca tanpa iklan