TRIBUNTRAVEL.COM - Asal-usul mitos Kunto Bimo yang dipercaya bisa mengabulkan permintaan seusai menyentuh arca Buddha di dalam stupa Candi Borobudur.
Selain menjadi tempat wisata sejarah, di Candi Borobudur juga terdapat sebuah mitis yakni Kuto Bimo.
Yaitu orang yang berhasil menyentuh arca Buddha di dalam stupa Candi Borobudur, semua keinginannya akan terkabul.
Ada yang mengatakan bagi pria ia harus memegang jari manis, namun ada yang mengatakan jari kelingking dari arca Buddha yang berada dalam posisi tangan (mudra) Dharmachakra (Pali: Dhammacakka – roda Dharma).
Sedangkan bagi wanita ia harus memegang telapak kakinya atau tumit, namun ada yang mengatakan ibu jari kaki.
Karena mitos itu, arca Buddha tersebut dikenal dengan nama arca Kunto Bimo.
Berdasarkan cerita masyarakat setempat, istilah Kunto Bimo berasal dari kata “Kunto” dianggap berasal dari kata dalam bahasa Jawa,
yaitu “ngento-ento” (ngenta-enta) yang berarti “mengira-kira”, atau “ngenta-ento” yang berarti “permintaan-mendapatkan”.
Serta “Bimo” dari kata “Bima” yaitu salah satu tokoh dari Pandawa Lima dalam kisah Mahabharata.
Atau juga dikenal dengan nama Werkudoro yang memiliki sifat pantang menyerah.
Baca juga: Pembatasan Jumlah Pengunjung Candi Borobudur sebagai Upaya Agar Tidak Missing Tourism
Baca juga: Harga Tiket Reguler Candi Borobudur Tetap Rp 50 Ribu, Tapi Hanya Boleh Masuk Sampai Area Ini
Sehingga “Kunto Bimo” diduga berarti permintaan pantang menyerah dan mengira-kira (berharap) mendapatkan hasilnya.
Secara harfiah, Kunto Bimo sendiri berasal dari kata “kunta” bisa berarti “batang” atau “lembing” atau juga bisa berarti gairah atau keinginan, dan “bima” adalah Bhima dari tokoh Pandawa yang berarti “mengerikan” atau “luar biasa” atau “dahsyat”.
Namun seorang arkeolog Indonesia yang pernah memimpin pemugaran Candi Borobudur, Drs. R. Soekmono, mitos yang tidak ada kaitannya dan tidak diajarkan dalam Agama Buddha.
Menurutnya, Kunto Bimo merupakan akal-akalan oknum petugas candi pada tahun 1950-an untuk meningkatkan pendapatan dari pengunjung candi.
Mereka menaburkan bunga dan uang pada satu arca dalam stupa sehingga memberi kesan mistis.
Baca tanpa iklan