TRIBUNTRAVEL.COM - Tragedi hilangnya pesawat MH370 mungkin masih membekas di hati dan pikiran sejumlah orang, termasuk keluarga korban.
Pesawat Malaysia Airlines Boeing 777 yang hilang pada 8 Maret 2014 lalu ini membawa 239 penumpang dan awak kabin.
Baru-baru ini para ahli mengklaim telah menemukan lokasi pesawat MH370 yang hilang.
Baca juga: Ingin Segera Turun dari Pesawat, Seorang Penumpang Muda Terlibat Adu Mulut dengan Ibu-ibu
Seorang ahli kedirgantaraan menggunakan teknologi radio untuk melacak jalur pesawat dan menunjukan dengan tepat lokasi bangkai pesawat tersebut berada.
Richard Godfrey yakin bahwa pesawat MH370 yang berangkat dari Kuala Lumpur menuju Beijing, berada di laut 1933 km barat Perth, dilansir dari Mirror.co.uk, Minggu (15/5/2022).
Insiyur Inggris yang sangat terampil juga percaya bahwa pilot mungkin berperan, dibuktikan dengan beberapa pola yang tidak biasa dalam perjalanan pesawat.
Keluarga dari beberapa penumpang yang hilang sekarang mengklaim bahwa hilangnya pesawat itu disengaja dan orang yang mereka cintai dibunuh.
Sampai sekarang tidak ada puing-puing yang ditemukan, meskipun pencarian senilai 200 juta dolar AS di area seluas 120.000 meter persegi dilakukan.
Richard menggunakan analisis Reporter Propagasi Sinyal Lemah yang sangat canggih untuk melacak 160 gangguan terpisah yang direkam dalam frekuensi radionya untuk menentukan jalur penerbangan naas itu.
Dan kemungkinan lokasi sisa-sisanya di daerah yang dikenal sebagai busur ketujuh.
Diterbangkan oleh Zaharie Ahmad Shah, pesawat tampaknya membuat beberapa putaran 360 derajat yang tidak biasa.
Menunjukkan bahwa pilot sepenuhnya terlibat dan mengubah arah dengan sengaja, daripada beroperasi secara otomatis seperti yang disarankan sebelumnya.
"Semua orang berasumsi sampai sekarang ada jalan lurus, bahkan mungkin dengan autopilot. Saya percaya ada pilot aktif untuk seluruh penerbangan," kata Richard kepada 60 Minutes pada hari Minggu.
Dia menemukan bahwa setelah berada di udara selama tiga jam, pesawat ditempatkan dalam pola holding, biasanya digunakan saat menunggu izin dari pengontrol udara, selama sekitar 20 menit.
Richard berpikir ini menunjukkan bahwa pilot itu mengulur waktu di atas Samudra Hindia selatan untuk menghubungi pihak berwenang Malaysia, meskipun mereka bersikeras bahwa mereka tidak memiliki kontak sejak 38 menit setelah lepas landas.