Saat pertama kali menginjakkan kaki di kompleks pemakaman, pengunjung akan disambut dengan pintu masuk cungkup Sunan Drajat.
Pada pintu itu terdapat ukiran angka tahun berbentuk candra sangkala mulya guna panca waktu atau tahun 1531 Saka (1609 M)
Adapun tahun tersebut dianggap sebagai penanda pembangunan atau pemugaran makam Sunan Drajat.
Baca juga: Belajar Hidup Toleransi di Desa Pancasila, Wisata Religi di Lamongan
Baca juga: Mengenal Tenun Ikat Parengan Lamongan, Punya Motif Khas dan Dipintal Secara Tradisional
Kemudian sebelum memasuki area Makam Suna Drajat, pengunjung akan melewati tera-teras yang dibuat dengan tujuh tingkatan.
Ketujuh teras tersebut memiliki makna filosofis mendalam yang melambangkan tujuh tanazul atau penciptaan manusia hingga tiba pada tingkatan sempurna (insan kamil).
Tujuh tingkatan tersebut adalah ahadiya, wahda-wahdiya, a'yam kharija, alam arwah, alam mitsal, alam ajsam, alam insan.
Saat berkunjung ke Makam Sunan Drajat, kamu akan disuguhkan nuansa Jawa pada zaman dulu yang khas.
Pada teras-teras awal, jalanan menuju area makam didominasi dengan bangunan dari kayu.
Kemudian pada beberapa teras terakhir, bangunannya didominasi oleh batu bata yang dibangun mirip seperti miniatur candi.
Baca juga: Pesona Pantai Joko Mursodo Lamongan, Tempat Wisata Asyik Buat Swafoto Berlatar Pohon Bakau
Baca juga: TRAVEL UPDATE: Jelajah Pantai Joko Mursodo, Surga Tersembunyi di Lamongan Jawa Timur
Sebagai wisata religi, Makam Sunan Drajat banyak dikunjungi umat muslim dari berbagai daerah untuk berziarah.
Biasanya, masyarakat akan memanjatkan doa-doa untuk sang Sunan, sekaligus bermunajat di area makam yang sudah disediakan.
Pada area Makam Sunan Drajat, kamu akan melihat sebuah ruangan utama yang merupakan tempat peristirahatan Sunan Drajat dan istrinya, Retno Ayu Condro Sekar.
Di depan makam tersebut juga terpajang ajaran peninggalan Sunan Drajat yang cukup populer dan dikenal dengan istilah 'Catur Piwulang'.
Ajaran Sunan Drajat dikenal dengan nama Catur Piwulang, yaitu:
'Wenehono teken marang wong kang wuto'
'Wenehono pangan marang wong kang kaluwen'
'Wenehono payung marang wong kang kaudanan'
'Wenehono Sandang marang wong kang kawudan'
Baca tanpa iklan