Melalui bukunya yang berjudul “Sarinah, Kewajiban Wanita dalam Perjuangan Republik Indonesia,” Soekarno menjelaskan arti Sarinah bagi dirinya.
“Pengasuh saya bernama Sarinah, ia “mbok” saya.
TONTON JUGA:
Ia membantu ibu saya, dan dari dia saya menerima banyak rasa cinta dan rasa kasih.
Dari dia saya banyak mendapatkan pelajaran mencintai “orang kecil”.
Dia sendiri pun “orang kecil”, tetapi budinya selalu besar,” tulis Soekarno.
Menurut catatan sejarah itu dikisahkan saat Soekarno masih berusia 6 tahun, ia sempat berpindah dari Surbaya ke Mojokerto bersama orang tuanya.
Sang ayah Raden Sukemi Sosrodiharjo mengajak sang istri, Idayu dan dua anaknya Sukarmini dan Kusno (nama Soekarno kecil).
Di Mojokerto sang ayah bekerja menjadi guru hingga bertemu Sarinah, seorang gadis yang kemudian menjadi asisten keluarga mereka.
Baca juga: 5 Mall di Jakarta yang Tawarkan Acara Unik Selama Natal 2021, Brown & Friends di Aeon Mall BSD City
Baca juga: Bakso Malang Enak & Super Laris di Jakarta, Lokasinya Dekat Mal Mewah
Meski bekerja sebagai asisten, Sarinah bagi keluarga Sukemi sudah dianggap seperti keluarga sendiri.
Semasa hidupnya, Sarina bahkan tidak menikah serta tidak menerima gaji selama tinggal bersama keluarga Sukemi.
"Dia tidur bersama kami, tinggal bersama kami, memakan apa yang kami makan, tetapi dia tidak mendapat gaji sepeser pun."
Dalam kesempatan lain, Soekarno menekankan bahwa Sarinah telah mengajarinya banyak hal, termasuk mengajarinya tentang kasih sayang.
"Sarinah mengajariku untuk mencintai rakyat. Rakyat kecil," cerita Soekarno pada Cindy Adams yang menulis buku “Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia".
Baca juga: Makin Seru, Keliling Rumah Hantu Drive Thru di MOI Kini Bisa Naik Odong-odong
Baca juga: Anies Baswedan Bawa Tanah dari Kampung Akuarium Jakarta ke IKN, Apa Makna dan Tujuannya?
Terkait pekerjaan Sarinah yang tidak digaji, Soekarno mengaku bahwa saat itu konsep membayar upah bagi pekerja rumah tangga pada awalnya tidak dikenal di lingkungannya.
Baca tanpa iklan