Mulai dari rumah adat hingga peninggalan-peninggalan sejarah bisa kamu temui dengan mudah di Kecamatan Pujut.
Wisata-wisata budaya ini juga masih sangat ketal dengan adat dan tradisi yang masih dijaga keasliannya hingga sekarang.
Seperti di antaranya ada wisata Desa Sade dan Desa Ende yang merupakan kampung adat yang dihuni oleh warga asli Lombok dari Suku Sasak.
Kampung adatnya juga terbilang sangat khas karena dan dapat dilihat dari bagunannya yang masih tradisional.
Dikatakan demikian karena bangunan-bangunan itu dibuat dari rakitan bambu dan atap dari rumput alang-alang.
Baca juga: 5 Wisata Pantai Dekat Sirkuit Mandalika, Ada Pantai Tanjung Aan dengan Pemandangan Eksotis
Baca juga: 6 Tempat Makan Malam Dekat Sirkuit Mandalika, Bisa Dikunjungi Saat Nonton MotoGP 2022
Selain Desa Adat, di Kecamtan Pujut juga ada Masjid Kuno Rembitan.
Seperti yang sudah diketahui, Masjid Kuno Rembitan merupakan perkembangan ajaran Islam Wektu Telu di Pulau Lombok.
Pembangunan masjid ini dihubungkan dengan nama tokoh agama islam di Rambitan, yaitu Wali Nyoto, yang makamnya terletak 2km di timur Desa Rambitan.
Baca juga: Mau Kulineran Sambil Nonton MotoGP di Sirkuit Mandalika? 10 Makanan Khas Lombok ini Wajib Dicoba
Tak hanya wisata, Kecamatan Pujut juga populer dengan gelaran festival besar Bau Nyale.
Bau Nyale sendiri merupakan tradisi menangkap Nyale yang dipusatkan di Pantai Kuta dan Seger.
Nyale sendiri adalah cacing laut warna-warni yang dipercaya merupakan jelmaan dari Putri Mandalika.
Biasanya Festival ini diadakan setiap tanggal 20 bulan 10 dalam penanggalan tradisional Sasak (pranata mangsa) atau tepat 5 hari setelah bulan purnama.
Namun umumnya, glaran Festival Bau Nyale diadakan antara bulan Februari dan Maret setiap tahunnya.
(TribunTravel/Zed)
Baca selengkapnya soal Mandalika di sini.