Terkait uji coba dibukanya tempat wisata kali ini, Moneng mengatakan, pihaknya masih perlu menunggu SE resmi.
Pun demikian, akan melakukan rapat terlebih dahulu antara pengelola dengan tokoh adat, untuk mempersiapkan segala sesuatunya.
Kepala Dinas Kominfosan Bangli, I Wayan Dirgayusa mengaku pihaknya belum mendapat arahan atau info apapun dari pimpinannya, dalam hal ini Bupati Bangli.
Oleh sebab itu, pihaknya belum bisa memastikan apakah DTW di Bangli sudah bisa dibuka atau belum.
Dirgayusa menambahkan, sejauh ini belum ada sama sekali DTW di Bangli yang buka.
Terkecuali sarana prasarana pendukung pariwisata, seperti coffee shop di wilayah Kintamani.
“Itu saja yang buka. Itu pun tidak melayani dining-in, sesuai aturan PPKM sebelumnya,” ucap dia.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Bangli, I Wayan Adnyana mengatakan, DTW di Bangli belum ada dibuka, lantaran SE Gubernur Bali No 15 tahun 2021, baru diketahui pada Rabu 8 September 2021.
Ia mengatakan secara umum seluruh DTW di Bangli hingga perangkat pendukung seperti restoran maupun coffee shop sudah siap untuk kembali dibuka dan menerima tamu.
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Jembrana, Anak Agung Mahadikara mengaku, pihaknya siap mengikuti arahan sesuai SE Gubernur Bali.
Dengan demikian, maka destinasi wisata di tiga tempat, yakni Teluk Wisata Gilimanuk, Kolam Renang Delodberawah, Kecamatan Mendoyo dan DTW di Pantai Candikusuma akan segera dibuka.
Tiga DTW di atas merupakan pengelolaan secara langsung oleh Pemkab Jembrana.
Dengan tetap menerapkan protokol kesehatan sesuai arahan Gubernur Bali.
Sekretaris Dinas Disparbud itu mengaku, untuk kolam renang di Delodberawah sejatinya sudah siap dibuka karena perlengkapan protokol kesehatan sudah lengkap.
Bahkan, sebelum ditutup karena masa PPKM sudah pernah dibuka dengan penerapan protokol kesehatan.
Untuk alat-alat yang mendukung protokol kesehatan itu seperti. tempat cuci tangan termo gun dan handsanitizer.
Pengelola penangakaran Penyu Kurma Asih di Desa Perancak Jembrana, I Wayan Anom Astika Jaya mengaku, pihaknya tentu saja senang dengan adanya pembukaan.
Hanya saja, bagaimana dengan menarik pelanggan?
Sejak masa pandemi, terutama pada masa PPKM yang berjilid-jilid pendapatan sangat jauh menurun.
Ddalam pengelolaan ini yang dilakukan donasi dan swadaya, tidak ada campur tangan pemerintah.
“Ya kami akan menerapkan 3M. Cuma bagaimana dengan menarik pelanggan untuk datang. Jadi kalau cuma dibuka saja dan sepi, itu terus bagaimana?,” ucapnya, Rabu.
Dijelaskannya, pemerintah saat ini harus hadir.
Sebab, khususnya untuk konservasi itu berbiaya tinggi.
Dimana siasat darinya dengan pembukaan warung untuk biaya pakan penyu, listrik, kemudian operasional lain sudah tidak menutupi.
Belum lagi, wisatawan yang datang hanya dari lokal negara. Dan terbilang cukup jarang.
“Selama pandemi 1,5 tahun ini betul-betul sangat sulit. Kebutuhan operasional perawatan yang tidak bisa di-swadayakan, pakan tukik dan bayar air, ini bagaimana? Kami harapkan pemerintah hadir,” tegasnya.
Baca juga: Chef yang Kreasikan Makanan Super Jumbo Ini jadi TikToker Berpenghasilan Tertinggi
Baca juga: UEA Masuk Dalam Amber List Inggris, Emirates Kembali Layani Penerbangan ke Newcastle
Baca juga: Daftar Kota dan Kabupaten di Luar Jawa Bali yang Masuk PPKM Level 4, Berlaku Mulai Hari Ini
Artikel ini telah tayang di Tribun-Bali.com dengan judul Sambut Gembira Pembukaan Pariwisata di Bali, Pantai Kuta, Tanah Lot dan Lainnya Mulai Dibuka
Baca tanpa iklan