Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Museum Sangiran Sragen Masih Ditutup, Pedagang Suvenir Tetap Buka Lapak Meski Sepi Pembeli

Editor: Sinta Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Museum Sangiran

Dengan ditutupnya Museum Sangiran, maka mereka memilih untuk berjualan di depan gerbang dengan membuka kios kecil-kecilan.

Baca juga: TRAVEL UPDATE: Jelajah Taman Wisata Ndayu Park Sragen untuk Liburan Akhir Pekan

Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Dayu atau Museum Dayu (Flickr.com/TiMe Amsterdam)

Salah satu pedagang suvenir, Endah mengaku dia bertahan hidup, dengan mengandalkan wisatawan yang kecele.

"Iya, hampir setiap hari masih ada orang yang datang, kadang ya mereka berhenti sebentar untuk membeli oleh-oleh khas Sangiran," katanya kepada TribunSolo.com.

Puncaknya pada akhir pekan, di hari Sabtu dan Minggu, dimana ratusan wisatawan datang, dengan jeda 15 menit sekali.

Meski belum bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari, Endah tetap bersyukur karena masih bisa menghasilkan.

"Biasanya kalau ramai ya pas minggu ini, biasanya bisa menjual 10 gelang, kalau hari biasa memang tidak ada," ujarnya.

"Saya juga jual baju, kalau baju satu bulan laku satu potong," imbuhnya.

Baca juga: 8 Tempat Wisata di Sragen untuk Libur Lebaran Bersama Keluarga

Baca juga: 10 Kuliner Favorit di Sragen yang Tak Boleh Terlewatkan Saat Mudik ke Sana

Keadaan seperti ini, baru Endah rasakan setelah berjualan selama berpuluh-puluh tahun lamanya.

Biasanya, Endah akan memetik keuntungan ketika hari libur tiba sebelum pandemi, di mana wisatawan membanjiri kawasan Museum Sangiran. 

Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Museum Sangiran Sragen Masih Ditutup untuk Umum, Simulasi Pembukaan Hanya Internal.