Hal itu terlihat dari foto-foto yang terpampang di dinding warung.
"Banyak lainnya yang sudah datang ke sini, tapi tidak saya cetak," kata Tarjo.
Tarjo juga sempat menceritakan kisah hidupnya saat awal merintis usaha kulinernya.
Menurut penjelasaanya, Tarjo mulai merintis usaha kuliner ikan bakar sejak tahun 1998 silam.
Kala itu, ia hanya berjualan memakai gerobak dan bermodalkan Rp 20.000 saja.
"Awal jualan cuma pakai gerobak, modal awalnya juga cuma Rp 20.000. Dulu ikan sekilo masih Rp 1.500," kata Tarjo.
Baca juga: Nasi Uduk Zainal Fanani dan 7 Kuliner Malam di Jakarta Pusat yang Legendaris dan Terkenal Enak
Sebelum merintis usaha kulinernya, Tarjo sempat menjalani berbagai pekerjaan untuk dapat menyambung hidup.
Ia mengaku pernah berdagang air mineral kemasan selam 6 tahun.
Tarjo juga sempat menjadi pedagang sayur keliling selama 6 tahun.
Bahkan saat musim penghujan, Ia pernah mengumpulkan barang-barang bekas untuk kemudian dijual kembali ke pengepul.
Namun, semua jerih payah yang telah dilalui Tarjo nampaknya membuahkan hasil.
Kini, usaha kuliner yang ia rintis menjelma menjadi warung makan yang cukup populer dan legendaris.
Baca juga: Deretan Fakta Menarik Gado-gado Bon Bin, Kuliner Legendaris di Jakarta yang Buka Sejak 1960
Pada salah satu sudut dinding di warung Ikan Bakar Pak Tarjo, terdapat sebuah artikel yang memuat kisah perjuangan Tarjo.
Dalam judul artikel, terpampang jelas tulisan 'Dari Pemulung Jadi Juragan'.
Tentunya, ini menjadi pengingat atas kerja keras yang telah dilalui Tarjo semasa hidupnya.