“Objek wisata jangan ditutup. Kalau ada syarat kami ikuti. Kalau pariwisata ditutup, sama saja menutup pintu rezeki pelaku wisata,” ungkap dia.
Dia menyebut, banyak di antara pelaku usaha pariwisata yang terpaksa mengurangi karyawan, bahkan menjual aset.
“Sejak pandemi banyak karyawan dirumahkan. Karena sektor ini tidak bisa WFH. Kalau kerja dari rumah apa yang mau dikerjakan. Banyak yang sudah jual bus juga, karena pemerintah sepertinya kurang perhatian pada pelaku transportasi,” tutur dia.
Kasiadi menyayangkan betapa pemerintah seolah tidak memperhatikan bahwa banyak di antara pelaku usaha perjalanan yang memiliki tanggungan kredit dengan pihak leasing dan perbankan.
Baca juga: 5 Hotel Murah di Solo untuk Staycation, Fasilitas Lengkap Mulai Rp 76 Ribuan
“Sedangkan income kami nol. Bagaimana bisa membayar angsuran? Katanya ada relaksasi angsuran, tapi kenyataannya omong kosong. Kebijakan relaksasi nyatanya dikembalikan lagi ke leasing dan bank. Kami bisa bilang tidak ada peran pemerintah di situ,” ungkap dia.
Kasiadi menyadari, pariwisata mungkin akan menjadi sektor terakhir yang pulih dari pandemi Covid-19. Namun demikian, menurutnya pemulihan mestinya bisa jalan pelan-pelan mulai sekarang.
Melalui aksi ini, dia berharap pemerintah memberi perhatian pada sektor perjalanan wisata.
“Hari ini kami aksi damai. Kalau setelah ini PPKM masih diperpanjang, aksi kami naikkan levelnya, seperti PPKM,” tandas dia.
Artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Sopir Bus Pariwisata Pati Demo Bunyikan Klakson, Protes PPKM Darurat Diperpanjang.