Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Mencicipi Gulai Serundeng Khas Pekalongan, Hidangan dari Daging Kambing yang Mulai Sulit Ditemukan

Editor: Sinta Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gulai serundeng khas Kota Pekalongan yang siap dinikmati, Sapuro Kebulen, Pekalongan Barat, Kota Pekalongan, Minggu (16/5/2021).

Sedangkan gulai lainnya berbahan santan.

Tengkleng (TRIBUN JOGJA/HAMIM THOHARI)

Maka ada perbedaan warna ketika olahan makanan itu siap saji. 

Gulai serundeng berwarna merah kecokelatan sedangkan gulai pada umumnya berwarna kuning. 

Baca juga: 4 Tempat Makan Pecel di Nganjuk yang Terkenal Enak, Ada yang Harganya Cuma Rp 4.000 per Porsi

"Bumbunya juga tak beda jauh. Pembeda utama serundengnya," tuturnya. 

Dia mulai berjualan menjelang maghrib sekira pukul 17.00 hingga dagangan habis sekira tengah malam. 

Para pembeli rata-rata pelanggan setia olahan kambing di Kota Pekalongan. 

Terkadang adapula para peziarah makam Sapuro yang penasaran dengan gulai serundeng sehingga menyempatkan mampir menikmati kelezatan kuliner tersebut. 

"Pembeli mayoritas pelanggan asli warga Kota Pekalongan," ungkap warga Kandangserang, Kabupaten Pekalongan itu. 

Setiap momen lebaran  menjadi berkah tersendiri bagi Patah pasalnya banyak pemudik yang pulang ke kampung halaman.

Mereka biasanya membeli gulai serundeng kambing untuk mengobati rindu masakan khas pekalongan tersebut. 

Dia pun membawa stok gulai serundeng kambing dua kali lipat dari hari biasa. 

Baca juga: Menengok Mata Air Berusia Ratusan Tahun di Tangerang Selatan, Konon Jadi Tempat Pemandian Bidadari

Ketika hari normal hanya habis 6 hingga 7 kilogram saat lebaran habis  mencapai 12 kilogram daging kambing bagian kepala dan tengkleng. 

Tiap porsi gulai serundeng dipatok harga Rp11 ribu perpotong. 

Setiap porsi pembeli bisa menambah potongan kambing dan lontong. 

"Saat lebaran laris buka maghrib nanti pukul 22.00 sudah pulang bawa uang Rp1 juta," terang kakek sembilan cucu itu. 

Halaman
123