Meski demikian, pemilik tidak berniat untuk melepasnya.
"Saya pernah ditawarkan untuk buka di tempat lain dan juga pernah ditawar untuk bumbu kacangnya saja puluhan juta rupiah tetapi saya tak lepas," kata Hadi Lingga Wijaya, generasi kedua pemilik Gado-gado Bon Bin.
Dalam mengelola Gado-gado Bon Bin, Hadi dibantu oleh adik, ibu, serta keluarganya.
Ia mengaku sangat menikmati kehidupan sehari-harinya dengan hanya berjualan gado-gado.
"Sibuk bukan main. Tapi begini saja kami sudah senang, sudah puas dengan hidup yang ada sekarang ini," lanjutnya.
Bukan hanya orang Indonesia, banyak orang asing terutama dari Jepang untuk menikmati makanan asli Betawi tersebut.
Peliputan media pun sudah banyak termasuk kru dari berbagai televisi.
Namun tetap saja Hadi tak bergerak ke luar, tidak pernah dan tidak akan membuka cabangnya ke luar.
"Di sini saja lah, repot kalau buka-buka cabang harus ke sana ke mari untuk jaga kualitas makanan kita," ungkapnya lagi.
Semua bahan dibelinya di pasar sejak pagi hari, dimasak, digoreng disiapkan dan jam 10 pagi barulah membuka restoran.
Meski lelah, Hadi bersyukur karena mendapat kepercayaan dari banyak orang yang tetap selalu setia membeli gado-gadonya hingga kini.
Baca juga: Nasi Goreng Pak Karmin Mberok, Kuliner Legendaris di Semarang Sejak 1971
Baca juga: Sajian Mie Ayam Pak Joko yang Legendaris, Awal Berjualan Harganya Masih Rp 300 per Porsi
(TribunTravel.com/Mym)
Baca selengkapnya soal rekomendasi kuliner di sini.