Menurut pengelola Mie Tegallega generasi kedua, Arie M Ilyas, cita rasa mi bakso di kdai ini tetap dipertahankan sejak dulu.
"Dari tahun 68 masih sama cita rasa sampai sekarang. Kalau berubah bahaya. Pakemnya harus tetap dipertahankan," ujar Arie.
Secara keseluruhan, tampilan dan cita rasa menu mi bakso di kedai Mie Tegallega memang tetap tak berubah.
Baca juga: Mencicipi Nikmatnya Bakso Cendana, Kuliner Legendaris Langganan Keluarga Soeharto
Namun, untuk memenuhi permintaan pelanggan, ia sedikit memberi ayam cincang pada topping mi bakso sebagai pengganti topping lama yang berupa tongcay.
Kuahnya memang tidak segurih bakso khas Solo yang kaya akan kaldu sapi.
Namun, sajian mi bakso di kedai Mie Tegallega juga tak kalah lezat.
Kaldu ayam pada kuahnya berasal dari rebusan ayam, memberikan sensasi tersendiri.
"Untuk kuah pakai bawang putih dan bumbu dapur lainnya terus ayam direbus dan ditambah ceker. Dari situ kaldu ayamnya terasa," ucapnya.
Saus yang dipakai pun saus pedas asli dari merek ternama.
Menurut Arie, konsistensi rasa menjadi salah satu faktor yang membuat Mie Tegallega mampu eksis puluhan tahun.
Selain itu, pengelolaan yang melibatkan keluarga pun memegang peran penting langgengnya usaha tersebut.
Dalam sehari, Mie Tegallega dapat memproduksi 250 butir bakso dan mampu menjual sekira 45 porsi.
Baca juga: Warung Sambal Bawang Mbah Jayus, Kuliner Legendaris di Malang yang Pedasnya Bikin Nagih
Baca juga: Mencicipi Sajian Mi Legendaris di Rumah Makan Linggarjati Bandung, Sudah Ada Sejak 1950
(TribunTravel.com/Mym)
Baca selengkapnya soal rekomendasi kuliner di sini.