Menurut JR Central, yang mengoperasikan Jalur Shinkansen Tokaido milik pemerintah yang menghubungkan Tokyo dan Shin-Osaka, ini adalah pertama kalinya seorang pengemudi kereta peluru mengosongkan kokpit kereta yang sedang melaju saat ada penumpang di dalamnya.
TONTON JUGA:
Permintaan maaf seperti ini bukanlah hal baru di Jepang.
Pada 2018 lalu, ada sebuah kereta yang meninggalkan stasiun 25 detik sebelum waktu keberangkatan yang dijadwalkan, setelah kondekturnya tidak dapat melihat siapa pun di peron, menurut laporan media lokal.
Tindakan nakal itu mendorong perusahaan kereta api nasional Jepang untuk mengutuk tindakan pengemudi sebagai tindakan yang "tidak bisa dimaafkan" dan meminta maaf karena menyebabkan "ketidaknyamanan yang luar biasa."
Lalu setahun sebelumnya, seorang kondektur Tsukuba Express mengajukan permintaan maaf atas kejadian serupa karena dia memberangkatkan kereta 20 detik lebih awal dari jadwal keberangkatan.
Insiden ini menyebabkan munculnya perbandingan jaringan kereta api di seluruh dunia dari komuter yang kebingungan.
"Sementara di Jepang, jalur Tsukuba Express menawarkan dan permintaan maaf resmi karena berangkat 20 detik lebih awal, mungkin operator kereta Inggris perlu melakukan perjalanan ke Jepang?" tulis seorang pengguna Twitter.
Pengguna twitter yang melihat insiden viral di medsos itu mengomentari: "Dhaka Metro harus membuka departemen lain hanya untuk meminta maaf sepanjang waktu."
Jadi mengapa perlu permintaan maaf yang sebesar-besarnya? Karena Jepang, negara yang membanggakan disiplin dan ketertibannya, memberikan tekanan yang sama untuk tepat waktu pada staf kereta.
Dan itu memiliki keuntungan, di mana penundaan tahunan rata-rata untuk kereta peluru jalur Tokaido kurang dari 60 detik.
Standar tinggi tersebut bahkan telah menginspirasi negara lain untuk melihat ke negara tersebut untuk melihat apakah mereka dapat menerapkan pembelajaran dari Jepang ke jaringan kereta api mereka.
Tetapi ada kasus yang jarang terjadi ketika ada yang salah.
Pada 2005 lalu, kereta komuter pada jam sibuk tergelincir di prefektur Hyogo setelah melewati batas kecepatan untuk tiba sesuai jadwal.
Kecelakaan maut itu merenggut nyawa lebih dari 100 orang dan mendorong seorang pemimpin serikat kereta untuk berargumen bahwa pengemudi kereta api di Jepang yang kesalahannya menyebabkan penundaan hanya dalam satu menit dihukum dengan berbagai cara, seperti dipaksa untuk menulis laporan atau cara lainnya.
Baca tanpa iklan