Ada dua bentuk ketupat yaitu kepal (lebih umum) dan jajaran genjang.
Masing-masing bentuk memiliki alur anyaman yang berbeda.
Untuk membuat ketupat perlu dipilih janur yang berkualitas yaitu yang panjang, tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua.
Baca juga: Makam Loang Baloq, Tempat Wisata Religi di Lombok yang Punya Tradisi Unik
2. Filosofi Lebaran Ketupat
Dalam hal ini masyarakat Jawa mempercayai Sunan Kalijaga yang pertama kali memperkenalkan ketupat.
Kata “ketupat” atau “kupat” berasal dari kata bahasa Jawa “ngaku lepat” yang berarti “mengakui kesalahan”.
Sehingga dengan ketupat sesama muslim diharapkan mengakui kesalahan dan saling memaafkan serta melupakan kesalahan dengan cara memakan ketupat tersebut.
Makanan ketupat menjadi simbol dalam masyarakat Jawa, sehingga orang yang bertamu akan disuguhi ketupat pada hari lebaran dan diharuskan memakannya sebagai pertanda sudah rela dan saling memaafkan.
3. Sungkeman dan Halal Bihalal
Pada perayaan idul fitri dalam tradisi jawa, tradisi halal bihalal dalam keluarga besar biasa dikenal dengan istilah “sungkeman”.
Tradisi ini pada umumnya dilakukan di kalangan kerabat dekat saja.
Inti dari acara sungkeman adalah saling meminta maaf antar kerabat.
Sungkeman tidak hanya dilakukan dengan berjabat tangan.
Ada sejumlah prosedur tertentu yang perlu dilakukan pada acara sungkeman ini.
Sungkem dilakukan secara terurut dari yang dituakan.
Baca juga: 6 Tradisi Lebaran Unik di Berbagai Daerah di Indonesia, Ada Grebeg Syawal di Yogyakarta
Baca juga: 4 Tradisi Unik Sambut Lebaran dari Berbagai Daerah di Indonesia
(TribunTravel.com/ Septi Nandiastuti)
Baca selengkapnya informasi soal lebaran 2021 bisa klik di sini