Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Fakta Dunia: Ketika Bekas Cacar Digunakan Sebagai 'Paspor Vaksin' Sementara

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Peneliti yang sedang mengembangkan vaksin

Ini diikuti oleh bisul dan ruam kulit. 

Ruam akan berubah menjadi luka, yang pada akhirnya akan mengelupas, dan ketika keropeng terlepas, akan meninggalkan bekas luka. 

Baca juga: Siap Jelajahi Republik Dominika Tanpa Tes atau Vaksin COVID-19, Seperti Apa?

Perkembangan vaksin cacar

Sudah menjadi kepercayaan umum pada saat itu bahwa pemerah susu kebal akan cacar. 

Hal itu dibuktikan saat banyak peternak sapi perah dan keluarganya tidak terjangkit cacar ketika ada wabah di dekatnya.

Fakta tersebut menarik minat seorang dokter bernama Edward Jenner.

Dia berteori bahwa karena para petani dan pemerah susu secara teratur terjangkit cacar sapi, hal ini mungkin melindungi mereka dari cacar lainnya.

Teori ini membuat Jenner, pada 1796, bereksperimen dengan vaksinasi pertama.

Dia sengaja menginfeksi seseorang dengan cacar sapi, penyakit dengan gejala yang jauh lebih ringan. 

Kemudian, begitu mereka sembuh, dia membuat mereka terkena cacar. 

Baca juga: Alaska Tawarkan Vaksin Covid-19 Gratis untuk Wisatawan Pada 1 Juni Mendatang

Percobaannya terbukti berhasil, dan dia menyebut proses selanjutnya sebagai "vaksinasi," yang berasal dari "vacca," kata Latin untuk sapi.

Meskipun eksperimen Jenner berhasil, vaksin itu tidak digunakan secara luas sampai tahun 1840.

Pertama-tama, orang-orang curiga terhadap keseluruhan proses, TribunTravel melansir dari thevintagenews

Beberapa orang mengungkapkan keraguannya melalui tulisan atau gambar yang menyindir, bahkan beberapa di antaranya memperlihatkan miniatur sapi yang tumbuh dari orang yang divaksinasi. 

Sebelum orang sepenuhnya mempercayai metode vaksinasi, masyarakat menggunakan metode perlindungan lain.

Halaman
1234