Kalkun merupakan salah satu spesies burung berukuran besar yang rentang sayapnya bisa mencapai 1,5 hingga 1,8 meter.
Di Indonesia mungkin kalkun jarang terlihat atau dikonsumsi.
Namun, di beberapa negara lain, kalkun banyak dikonsumsi.
Sebelum dijadikan menu makanan, kalkun ternyata pernah menjadi hewan yang dipuja dan didewakan oleh Suku Maya.
Pada tahun 300 Sebelum Masehi, Suku Maya menganggap kalkun sebagai dewa dan sangat dihormati.
Suku Maya menjinakkan kalkun karena hewan ini berperan dalam ritual keagamaan dan menjadi simbol kekuasaan dan kehormatan.
Kalkun juga muncul di beberapa peninggalan arkeologi dan ikonografi atau gambar-gambar peninggalan Suku Maya.
Peneliti Suku Maya, Anna Luisa Izquierdo dan Maria Elena Vega Villalobos mengatakan, bagi Suku Maya, kalkun dianggap memiliki kekuatan yang luar biasa dan berbahaya bagi manusia di malam hari dan dalam mimpi.
Tapi uniknya, Suku Maya menggunakan kalkun yang berasal dari Meksiko untuk pemujaan yang mereka lakukan.
Hal ini dilakukan karena kalkun dari Meksiko dianggap lebih mudah dijinakkan, tapi mereka tetap menghargai kalkun liar yang berkeliaran di El Mirador.
Kalkun liar El Mirador dikagumi oleh Suku Maya karena mempunyai bulu yang berwarna-warni dan bentuk kepala yang unik, teman-teman.
El Mirador yang saat ini dikenal dengan Guatemala adalah permukiman Suku Maya Kuno yang ditempati oleh sekitar 200 ribu orang.
Di El Mirador ada piramida raksasa yang dipuja oleh Suku Maya Kuno karena membantu kehidupan penduduknya dengan mengalirkan air.
Selain memuja piramida raksasa tersebut, Suku Maya Kuno juga memuja dan memakan kalkun, teman-teman.
Pentingnya kalkun dalam ritual Suku Maya digambarkan dalam ritual perayaan Tahun baru.