Sajian lamang khas Sumatera Barat semacam ini biasanya disebut juga lamang tapai.
Tidak hanya dengan tapai, lamang juga ada yang disajikan dengan cita rasa manis atau gurih.
Untuk lamang manis biasanya diberi tambahan seperti seperti selai, cairan gula merah serta parutan kelapa (kinca), durian atau sarikaya.
Sedangkan yang gurih biasa disajikan bersama rendang, telur atau bahan tambahan lainnya.
Tradisi Malamang
Sebagai kuliner tradisional khas daerah, lamang sangat kental dengan budaya dan tradisi orang Sumatera Utara.
Tidak hanya dihidangkan saat buka puasa saja, di Sumatera Barat juga rupanya ada tradisi sambut Ramadan dengan memasak lamang.
Tradisi memasak lamang dalam budaya Sumatera Barat tersebut biasa dikenal dengan istilah malamang atau marandang.
Kecamatan Pauh, kota Padang, Sumatera Barat adalah satu wilayah yang selalu memperingati tradisi malamang setiap tahun.
Warga Pauh, kota Padang, Sumatera Barat biasanya akan memasak lemang sepekan hingga sehari menjelang masuknya bulan Ramadan.
Tradisi malamang ini biasanya dimasak oleh ibu-ibu yang saling bekerja sama dan dilakukan di luar ruangan.
Tidak hanya itu lamang biasanya akan dimasak dalam jumlah banyak karena akan dihantarkan kepada sanak saudara terdekat.
Uniknya lagi tradisi malamang ini juga istilah 'manjalang mintuo'.
Yaitu, menjadikan lamang sebagai isi hantaran yang akan diantar seorang menantu kepada mertuanya.
Selain mertua, tradisi mengantar lamang juga dibagikan kepada urang siak (tokoh agama), dan anak siak (santri) yang ada di sekitarnya.