Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Rekomendasi Wisata

Mengenal Candi Muaro Jambi, Situs Purbakala Terluas Se-Asia Tenggara, Kompleksnya 8 Kali Borobudur

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Candi Muaro Jambi, beralamat di Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi.

TRIBUNTRAVEL.COM - Liburan ke tempat wisata sejarah bisa menjadi satu aktivitas menarik saat akhir pekan.

Satu di antara wisata sejarah yang bisa kamu datangi adalah Candi Muaro Jambi di Kota Jambi.

Sudah pernah mendengar nama Candi Muaro Jambi sebelumnya?

Jika belum, hal ini wajar karena pamornya memang tidak seperti candi-candi di pulau Jawa.

Candi Muaro Jambi merupakan situs purbakala peninggalan masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya.

Pada zaman itu Candi Muaro Jambi digunakan sebagai tempat pengembangan agama Budha.

Tidak hanya itu, Candi Muaro Jambi juga merupakan pusat ilmu pengetahuan, kebudayaan, sosial, dan agama.

Baca juga: 9 Cagar Budaya di Kota Jambi, Ada Candi Siloksipin hingga Bunker Jepang

Kompleks Candi Terluas Se-Asia Tenggara

Candi Muaro Jambi, beralamat di Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi. (Tribun Jambi/Wahid Nurdin)

Kebanyakan masyarakat Indonesia mengira bahwa kompleks candi terbesar di Indonesia adalah Borobudur.

Padahal ada Candi Muaro Jambi yang disebut-sebut sebagai kompleks candi terbesar se-Asia Tenggara.

Dilansir dari web.jambiprov.go.id kompleks Candi Muaro Jambi membentang dari barat ke timur di tepian Sungai Batanghari sepanjang 7,5kilometer.

Luar total dari kawasan Candi Muaro Jambi totalnya mencapai 12 Km persegi, atau jika dibandingkan setara dengan 8 kali luas kompleks Candi Borobudur.

TONTON JUGA:

Karena memiliki kawasan yang cukup luas, di kompleks Candi Muaro Jambi juga ada sejumlah candi kecil lainnya.

Beberapa candi ini merupakan hasil pemugaran dari sekitar 80 reruntuhan candi yang sudah diketahui dan oleh masyarakat setempat disebut menapo.

Candi-candi tersebut di antaranya yaitu Candi Vando Astano, Candi Gumpung, Candi Tinggi, Candi Kembar Batu, Candi Gedong 1, Candi Gedong 2, dan kolam Talaga Rajo.

Ciri khas dari bangunan Candi Muaro Jambi terletak pada bangunannya yang menggunakan batu bata merah.

Candi Muaro Jambi bisa dikatakan kawasan yang sangat unik karena hampir menyerupai struktur sebuah kota.

Jika diperhatikan dengan sengan seksama, kompleks candi ini di bagian barat dan timurnya ada Sungai Batang Hari yang masuk ke dalam wilayah administrasi Desa Muaro Jambi dan Desa Danau Lamo.

Sedangkan pada sebelah barat sungai, berada di wilayah administratif dari Desa Kemingking Dalam, Kecamatan Muaro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi.

Selain luas, fakta lain dari Candi Muara Jambi adalah usianya yang lebih tua dari Candi Borobudur.

Menurut sejarah Candi Muaro Jambi diperkirakan sudah terbentuk sejak abad ke-7 Masehi.

Sedangkan Candi Borobudur baru ada pada sekitar abad ke-8 hingga abad ke-9 Masehi.

Warisan Dunia UNESCO

Komplek percandian ini pertama kali dilaporkan pada 1824 oleh S.C. Crooke, seorang letnan berkebangsaan Inggris yang melakukan pemetaan di sekitar aliran sungai untuk kepentingan militer.

Kemudian pada 1975, dipimpin oleh R. Soekmono, pemerintah Indonesia baru memulai pemugaran yang serius.

Kawasan Candi Muaro Jambi pertama kali diresmikan oleh mantan Presiden Susilo Bambang yudhoyono pada 2012.

Pada saat itu juga kompleks percandian Muaro Jambi ditetapkan sebagai Kawasan Wisata Sejarah Terpadu (KWST).

Peresmian tersebut dilakukan ketika sudah ada pemugaran di kawsan Candi Muaro Jambi dengan menambah sejumlah fasilitas untuk kenyamanan pengunjung.

Sedangkang, pada 2009 Candi Muaro Jambi baru didaftarkan dan masuk Warisan Dunia oleh UNESCO.

Jika dilihat dari sejarahnya, situs Komplek Candi Muara Jambi menggambarkan pertukaran budaya dan nilai-nilai kemanusiaan Hindu-Buddha di Indonesia.

Hal ini dapat dilihat dari arsitektur bangunannya yang didasarkan pada nilai filosofi Hindu-Buddha.

Tidak hanya itu, teknologi pembangunnnya juga menggambarkan keterampilan dan pengetahuan dari berbagai bidang pada saat itu.

Traveller bisa menyaksikannya memlalui susunan batu bata yang tidak direkatkan oleh semen, melainkan dengan air dan sinar matahari.

Pemilihan bahan baku tersebut didasarkan pada filosofi bahwa Batu bata diibaratkan sebagai empat unsur, yaitu udara, air, api dan tanah yang dilebur menjadi satu.

Baca juga: Pesona Kayu Aro, Kebun Teh Terbaik Kedua di Dunia yang Ada di Kaki Gunung Kerinci

Baca juga: Mampir ke Kopi Konnichiwa, Tempat Nongkrong Baru di Jambi yang Tawarkan Spot Instagramable

Baca juga: 3 Kuliner Enak di Jambi yang Wajib Dicoba Saat Hari Raya Waisak

Baca juga: Fakta Unik Danau Kaco, Tempat Wisata Tersembunyi di Taman Nasional Kerinci Seblat Jambi

Baca juga: 7 Tempat Wisata Instagramable di Jambi, Coba Jelajahi Candi Muaro Jambi

(TribunTravel/Zainiya Abidatun Nisa')