TRIBUNTRAVEL.COM - Jelang Tahun Baru Imlek dan Cap Go Meh, orang-orang Tionghoa dengan kepercayaan Konghucu biasanya akan melakukan sembahyang leluhur.
Penghormatan leluhur yang sering disebut dengan sembahyang ternyata memiliki makna tersendiri.
Mengutip buku “Hari-Hari Raya Tionghoa” yang ditulis oleh Marcus A.S., orang Tionghoa memiliki sebuah pepatah yang berbunyi “jika kita minum air, maka kita harus selalu ingat kepada sumbernya.”
Berdasarkan pepatah tersebut, jika dikaitkan dengan kehidupan manusia maka kehidupan yang kini dijalani tidak akan ada jika tidak berasal dari leluhur.
Oleh karena itu, manusia harus tetap mengingat dan bersyukur akan kehidupan yang dijalani dengan menghormati leluhur.
Baca juga: Makna Kuliner Manisan dalam Sembahyang dan Perayaan Tahun Baru Imlek, Simbol Kehidupan
Leluhur tidak melulu soal kakek dan nenek moyang.
Leluhur dalam kepercayaan orang Tionghoa mencakup keturunan yang lahir sebelum orang tersebut, termasuk ayah dan ibu.
Akan tetapi, sembahyang biasa dilakukan untuk menghormati mereka yang sudah meninggal.
Umat Konghucu dan Buddha percaya bahwa ada kehidupan lain setelah kematian.
Inilah yang juga menjadi alasan mengapa sembahyang leluhur dilakukan.
Sembahyang tidak hanya untuk menghormati dan mendoakan arwah leluhir yang dikenal, tetapi juga kepada arwah yang tidak dikenal secara langsung.
Sembahyang ini disebut sebagai Sembahyang Rebutan.
TONTON JUGA:
Namun, terkadang orang-orang juga menyebutnya dengan Sembahyang Cio-ko pada bulan tujuh (Cit-gwee).
Sementara, dalam ajaran Buddha, sembahyang tersebut dikenal sebagai upacara Ulambana.