Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Kisah Mistis Wisata Religi Candi Tebing Jukut Paku di Bali

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Candi Tebing Jukut Paku di Bali, jadi destinasi wisata candi yang keren dan Instagramable

Gusti Made Sudiana, menambahkan sejak kian terkenal dan viral. Banyak yang datang ke lokasi cagar budaya, untuk yoga, semedi, atau sekadar plesiran saja. Pernah pada 2019 lalu, ada rombongan penggiat yoga dari berbagai wilayah di nusantara.

Seperti dari Jakarta, Sumatera, dan sebagainya datang untuk melakukan yoga di lokasi cagar budaya tersebut. “Para yoga ini, sempat juga melakukan yoga di Candi Tebing Tegallinggah yang berada di Gianyar. Saya yang kebetulan menjadi kelihan adat kala itu, mendampingi rombongan sebanyak 65 orang ke sini,” sebutnya.

Para yoga ini, kata dia, merasakan hal berbeda saat melakukan semedi dan yoga di lokasi cagar budaya. Mereka merasakan panas yang cukup tinggi, dan dirasa sampai 60 derajat celcius. Panas ini bahkan melebihi panas di Candi Tebing Tegallinggah, Gianyar, yang diperkirakan hanya 30 derajat celcius. “Saya melihat langsung, ketika mereka menyalakan api dupa tanpa korek buatan. Dan melakukan yoga, apinya langsung menyala hanya dengan kertas,” sebutnya.

Ia menegaskan, itulah sisi mistis dari lokasi cagar budaya ini. Menandakan aura dari lokasi ini sangat kuat dan hebat. Tak sampai di sana, kisah mistis lainnya adalah adanya penunggu, atau dalam bahasa Bali disebut duwe di sana. Menurut ceritera yang pernah melihat, bahwa ada hanoman merah yang melinggih di sana. Layaknya Sang Subali, dalam kisah Ramayana.

Untuk itu, orang yang ke lokasi ini dan masuk ke dalam areal candi diharuskan dalam kondisi bersih.

Tidak sedang datang bulan, atau bersih dari kesebelan baik keluarga yang meninggal atau kesebelan lainnya.

Selain candi sebagai saksi sejarah, ada pula dua pancoran mengapit candi di sana. Airnya langsung dari dalam tanah, dan bisa langsung diminum.

“Banyak yang datang nunas tirta, melukat, lalu untuk pebayuhan,” katanya. Di sebelah utara, ada air terjun yang dibuat muda-mudi di sana. Untuk yang datang, disediakan kotak donasi dan bisa memberikan dana punia seikhlasnya. Sementara di bawahnya, adalah Sungai Wos yang satu aliran dengan sungai dari Campuhan Ubud. Muara sungai ini di pantai Ketewel.

Sehingga lokasi ini sangat cocok, dijadikan wisata spiritual atau wisata religi. “Sungai di bawah juga disakralkan oleh penduduk sekitar (desa pakraman), karena memang di utara dekat jembatan kerap digunakan sebagai lokasi nganyut dalam rentetan upacara ngaben,” jelasnya. Sementara itu, terkait Pura Penataran Agung Jukut Paku, memang dikenal masyarakat luas.

Adanya lingga yoni di kembar di dalam pura tersebut, membuat banyak pamedek datang untuk sembahyang. Meminta perlindungan, keselamatan, rezeki, dan lain sebagainya.

“Ada penekun spiritual dari Mengwi, datang dan semedi di pura. Merasakan angker dan energi kuat di pura, lalu ia sampai menyembah di dasar pelinggih,” katanya. Ia pun menjelaskan, bahwa pelinggih lingga yoni kembar ini sudah ada sejak lama bahkan sebelum pria paro baya ini lahir. Bhatara-bhatari yang berstana di pura, diantaranya Ida Ratu Pura Penataran, dan Ida Ratu Gede yang disungsung masyarakat sekitar.

Baca juga: Wisata Dusun Semilir Kembali Dibuka, Berikut Harga Tiket Masuk, Jam Buka dan Syarat Berkunjung

Baca juga: Pulau Biawak, Wisata Seru dan Eksotis di Indramayu

Baca juga: Pantai Ini Dipenuhi Batu Giok Berserakan, Wisatawan yang Menemukan Bisa Membawanya Pulang

Baca juga: Wisata Gumuk Reco Punya Wahana Baru Jembatan Kaca, Jadi Spot Foto Instagramable bagi Pengunjung

Baca juga: Liburan ke Taman Nasional Ujung Kulon, Wisatawan Wajib Bawa Hasil Rapid Test

Artikel ini telah tayang diTribunBalitravel.com dengan judul "Wisata Religi, Ini Kisah Mistis Cagar Budaya Candi Tebing Jukut Paku"

(TribunTravel.com/ Septi Nandiastuti)