Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Kisah Mistis Wisata Religi Candi Tebing Jukut Paku di Bali

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Candi Tebing Jukut Paku di Bali, jadi destinasi wisata candi yang keren dan Instagramable

TRIBUNTRAVEL.COM - Di wilayah Desa Singakerja, Ubud, Gianyar, Bali, terdapat sebuah cagar bernama Candi Tebing Jukut Paku.

Candi Tebing Jukut Paku memiliki kisah mistis dan unik untuk diungkap.

Candi Tebing Jukut Paku cocok untuk dijadikan tempat semedi atau sekadar melepas penat dari aktivitas sehari-hari karena memiliki suasana hening dan sunyi dengan deburan air sungai yang cukup deras.

Menuju lokasi utama cagar budaya, pengunjung diharuskan menuruni anak tangga yang tak terlalu banyak.

Setelah tangga, jalan setapak tanah yang ditumbuhi rumput menjadi jalur menuju lokasi.

Terlihat dari atas, tak jauh dari candi akan terlihat payung khas Bali berwarna kuning dan putih.

Lokasi ini memang sakral, sehingga yang datang disarankan membawa kamen dan selendang.

Cagar budaya yang dikelola Banjar Jukut Paku ini, tertata apik dan indah layaknya sebuah taman.

Candi yang merupakan cagar budaya, terletak di bawah tebing berbentuk persegi sebanyak dua buah.

Di antara lubang persegi itu, ada lubang lain memanjang.

Baca juga: Inilah Spot Keren di Taman Nasional Alas Purwo yang Bikin Wisatawan Betah Berwisata

Menurut Gusti Made Sudiana, tetua Banjar Jukut paku, lokasi tersebut merupakan tempat singgahnya Rsi Markandeya.

“Tempat ini juga berkaitan dengan kedatangan Rsi Markandeya pertama kali ke Bali. Ketika sang rsi akan menanam panca datu ke Besakih,” sebut mantan kelihan adat ini, kepada Tribun Bali, Rabu (2/12/2020) di Singakerta, Gianyar. Lokasi ini menjadi tempat singgah, sekaligus pertapaan dan pesayuban Rsi Markandeya. Sebelum melanjutkan perjalanannya, ke Campuhan Ubud, Gunung Raung, dan sebagainya.

“Tempat ini juga berkaitan dengan Pura Penataran Agung Jukut Paku, artinya berkaitan dengan beji lah,” jelas pria yang kini bertugas sebagai sabha desa ini. Dikisahkannya, Rsi Markandeya kala itu membawa bala pasukan dan beberapa pengikutnya sakit. Sampai akhirnya beliau kembali ke Jawa.

Intinya ini tempat pesinggahan dan pertapaan beliau.

Batu ini dari abad 08, sudah lama sekali situs sejarah diakui oleh dinas kebudayaan.

Halaman
12