Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Kenapa Perjalanan Pesawat Lebih Cepat dari Barat ke Timur, Bukan Sebaliknya?

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi pesawat bewarna putih

Arus jet bisa sekuat 80 hingga 140 mil per jam, melaju hingga 275 mil per jam.

Angin kencang ini datang dengan pasang surut yang signifikan untuk perjalanan udara komersial dan dapat segera berubah.

Penerbangan Lebih Pendek

Aliran jet pertama kali digunakan dalam penerbangan komersial pada tahun 1952 dalam penerbangan dari Tokyo ke Honolulu.

Terbang di sepanjang aliran jet memotong perjalanan dari 18 jam menjadi hanya 11,5 jam, terbang di bawah 25.000 kaki.

Maskapai dengan cepat menyadari nilai aliran jet dan mulai menerapkannya sambil merencanakan rute.

Karena aliran jet mengalir dari barat ke timur, mereka membuat satu perjalanan lebih cepat (saat terbang bersama arus) dan satu lebih lambat (melawan arus).

Kembali ke contoh dari New York ke London, kami melihat penerbangan mungkin mengambil rute yang sedikit lebih panjang untuk memanfaatkan aliran jet.

Artinya perjalanan dari JFK ke LHR bisa memakan waktu sekitar enam setengah jam, penerbangan dari LHR ke JFK memakan waktu tujuh setengah jam.

Bahkan pada penerbangan lintas Benua yang lebih pendek antara kota New York dan Los Angeles, aliran jet dapat memengaruhi waktu penerbangan hampir satu jam.

Pada rute transpasifik jarak jauh, aliran ini dapat sangat membantu penumpang dan maskapai penerbangan.

Dengan mengikuti arus kutub, waktu penerbangan dari Tokyo ke Los Angeles hanya sembilan jam lima puluh lima menit, versus 11 jam 45 menit sebaliknya.

Februari lalu, British Airways 747 mengalahkan rekor kecepatan subsonik transatlantik berkat aliran jet yang kuat.

Pesawat membuat penerbangan JFK ke LHR hanya dalam 4 jam 50 menit, sebuah rekor baru, terbang dengan kecepatan lebih dari 800 mil per jam.

Singkatnya, aliran jet dapat secara drastis mempersingkat waktu penerbangan dan mengurangi pembakaran bahan bakar, baik pendapatan penting mereka maupun masalah lingkungan bagi maskapai penerbangan.

Halaman
1234