Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Benarkah di Luar Angkasa Terjadi Hujan Salju seperti di Bumi?

Penulis: Ratna Widyawati
Editor: Abdul Haerah HR
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi - Hujan Salju.

TRIBUNTRAVEL.COM - Musim dingin yang terjadi bisa menyelimuti sebagian belahan bumi dengan salju.

Tapi apakah hujan salju juga terjadi di luar angkasa?

Rupanya pertanyaan tentang turunnya salju di luar angkasa merupakan hal yang masuk akal.

Bahkan Ilmu Antariksa yang berkembang menyebutkan bahwa salju di luar angkasa memang ada.

Baca juga: Ini Alasan Maskapai Punya Pramugari di Berbagai Negara, Mungkinkah Lebih Hemat Biaya?

Menurut Penemuan Terbesar Mars Rover Curiosity yang dilansir dari laman Live Science, Senin (4/1/2021), hujan salju pernah terjadi beberapa kali di Mars.

Dengan suhu rata-rata sekitar minus 80 derajat Fahrenheit (minus 60 derajat Celcius), planet terdekat dengan bumi ini cukup dingin untuk salju.

Permukaan Mars yang berhasil diambil oleh wahana eksplorasi (NASA.gov)

Pada tahun 2008, pendaratan Phoenix NASA menangkap salju yang biasa terjadi di Bumi, juga ditemukan di dekat kutub utara planet Mars.

Sementara itu, kutub selatan Mars memiliki lapisan karbondioksida beku (alias es kering) sepanjang tahun.

Pada tahun 2012, para peneliti melihat salju es kering jatuh dari atmosfer Mars di sekitar kutub selatan untuk pertama kalinya.

Meskipun pasokan awan stabil, salju jarang menumpuk di permukaan Planet Mars.

Karena atmosfer Mars sangat tipis yakni sekitar 100 kali lebih tipis dari Bumi, sehingga air dalam bentuk cair jatuh dengan sangat lambat dan cenderung segera menguap.

Para ilmuwan telah mengamati awan yang turun salju tinggi di atmosfer Mars, hanya untuk melihat curah hujan lenyap sebelum mendekati permukaan (ini juga terjadi di Bumi, dalam fenomena yang disebut virga).

Namun, salju di permukaan mungkin bisa terjadi di Mars dalam kondisi yang tepat, menurut sebuah penelitian dari akhir 2017 di jurnal Nature Geoscience.

Karena suhu Mars dapat turun drastis hampir 200 derajat F (111 derajat C) antara siang dan malam, turbulensi di dalam awan sering terjadi.

"Hal ini dapat menyebabkan angin kencang, bulu vertikal naik dan turun di dalam dan di bawah awan dengan kecepatan sekitar 10 meter [33 kaki] per detik," kata Aymeric Spiga, ilmuwan planet di Universitas Pierre dan Marie Curie di Paris, sebelumnya. Space.com.

Halaman
12