Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Pramugari Qantas Dinyatakan Positif COVID-19 Seusai Layani Penerbangan Repatriasi

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi - Pesawat terbang di landasan pacu.

TRIBUNTRAVEL.COM - Seorang pramugari Qantas dinyatakan positif COVID-19 setelah melayani penerbangan repatriasi kembali dari Paris ke Australia.

Pejabat Kesehatan New South Wales, mengatakan pramugari pria itu sekarang berada di fasilitas karantina yang dikelola pemerintah.

Melansir laman Paddle Your Own Kanoo, Senin (28/12/2020), Pramugari tersebut tiba di Darwin setelah bertugas dalam penerbangan Qantas QF176 pada 17 Desember 2020.

Baca juga: Syarat Dokumen Penumpang Maskapai Citilink Rute Domestik Selama Libur Natal dan Tahun Baru 2021

Penerbangan tersebut merupakan layanan repatriasi khusus yang sebagian didanai oleh pemerintah Australia untuk membantu mendapatkan kembali warga dan penduduk Australia yang telah terdampar di Eropa selama berbulan-bulan.

Sementara penumpang di dalam pesawat segera masuk ke hotel karantina yang aman selama dua minggu, pramugari diijinkan untuk pulang.

maskapai penerbangan Qantas. (qantas.com)

Pada 18 Desember 2020, pramugari pria yang menaiki penerbangan domestik ke Sydney ini mengalami gejala COVID-19 beberapa hari kemudian.

Dalam sebuah pernyataan, Qantas mengatakan protokol sekarang telah berubah dan awak pesawat tidak lagi diijinkan untuk melakukan perjalanan dengan penerbangan penumpang domestik normal setelah mengoperasikan layanan repatriasi internasional.

"Kami memberikan dukungan kepada anggota awak kabin yang dinyatakan positif COVID-19, setelah mengoperasikan penerbangan repatriasi Pemerintah Federal dari Paris minggu lalu," komentar Direktur Medis Qantas, Dr Ian Hosegood.

"Saya berbicara dengannya tadi malam dan lagi pagi ini dan untungnya dia hanya memiliki gejala ringan dan secara umum merasa sehat," lanjutnya.

Dr Hosegood mengatakan maskapai tersebut sedang bekerja dengan pejabat kesehatan untuk mengetahui bagaimana anggota kru menjadi terinfeksi.

Tetapi hotel tempat kru tinggal di dekat bandara Charles De Gaulle telah mengkonfirmasi bahwa tidak ada pramugari yang meninggalkan kamar mereka selama singgah singkat itu.

"Awak pesawat tidak mengalami gejala saat mengoperasikan penerbangan repatriasi atau saat melakukan perjalanan di sektor domestik, serta mengenakan masker selama kedua penerbangan, sehingga risiko penularannya rendah. Penerbangan domestik terjadi lebih dari 48 jam sebelum gejala muncul," lanjut Dr Hosegood.

Maskapai tersebut mencatat bahwa lebih dari 100 penerbangan repatriasi telah dioperasikan sejak awal pandemi COVID-19 dan ini adalah pertama kalinya seorang anggota kru terinfeksi virus sejak Maret.

Saat mengoperasikan penerbangan repatriasi, awak harus memakai alat pelindung diri dan masker wajah.

Layanan onboard juga dibatasi untuk mengurangi kontak dengan penumpang.

Setibanya di stasiun luar negeri, kru harus segera masuk ke karantina hotel.

Tonton juga:

Begitu mereka kembali ke Australia, mereka juga diharuskan mengisolasi diri di rumah.

Jika anggota kru tidak dapat mengisolasi diri di rumah, maka Qantas akan menyediakan kamar hotel untuk mereka.

Namun, para pengkritik sistem saat ini mengatakan semua kru harus dipaksa masuk ke hotel karantina untuk mencegah kemungkinan penyebaran virus.

Dalam beberapa hari terakhir, pejabat kesehatan New South Wales memperketat aturan untuk awak pesawat internasional setelah beberapa insiden di mana pramugari asing diketahui melanggar aturan.

Semua awak pesawat internasional sekarang harus tinggal di salah satu dari dua hotel yang disetujui di wilayah Sydney yang berada di bawah penjagaan polisi.

Baca juga: Terbang Melintasi Abu Vulkanik Berbahaya Bagi Pesawat, Ini Alasannya

Baca juga: Ada Larang Merokok, Kenapa Pesawat Baru Masih Sediakan Asbak di Toilet?

Baca juga: Bahayakah Pesawat Melintas di Sekitar Letusan Gunung Berapi dan Menembus Abu Vulkanik?

Baca juga: Pasangan Ini Akhirnya Bisa Liburan Tanpa Anaknya yang Tak Mau Pakai Masker di Pesawat

Baca juga: Begini Alasan Penumpang yang Nekat Keluar dari Pesawat dengan Perosotan Darurat

(TribunTravel.com/ Ratna Widyawati)