Ia juga telah memposting video permintaan maaf sebagai gantinya.
"Saya meminta maaf kepada pemilik restoran karena membuat video tersebut tanpa memikirkan dampaknya," kata HayanTree dalam videonya.
"Saya seharusnya membuat video sesuai fakta yang akurat dan saya benar-benar minta maaf atas kelalaian ini," lanjutnya.
Tetapi upaya dan penyesalannya ini tidak banyak membantu restoran tersebut.
Menurut pemiliknya, saat HayanTree kembali untuk merekam video lain, bisnis tersebut sudah tutup.
"Saat YouTuber itu datang untuk syuting lagi, kami sudah tutup," kata pemiliknya.
"Saya benar-benar frustrasi dan ingin tahu apakah ada cara mencegah pelecehan dan tirani dari para YouTuber, yang lebih menakutkan daripada virus corona.
Saya ingin mengajukan petisi agar dibuat undang-undang dan peraturan sehingga wirausaha dapat dengan nyaman fokus pada bisnis mereka," ujar pemilik restoran tersebut.
Selasa pekan lalu, pemilik restoran yang dirugikan memposting petisi nasional di situs web Cheong Wa Dae.
Ia melampiaskan kekesalannya tentang cara HayanTree menangani masalah ini.
Ia juga meminta pihak berwenang untuk campur tangan dan menertibkan YouTuber sehingga bisnis lain tidak mengalami nasib yang sama.
Meskipun subscriber HayanTree jumlahnya turun menjadi 645 ribu (saat artikel ini ditulis), ia belum mengalami konsekuensi atas kesalahan ulasannya tersebut.
Di Korea Selatan, cerita ini memicu perdebatan tentang kekuatan influencer media sosial dan kurangnya regulasi pada profesi ini.
Baca juga: Diserang Pelanggan Drive-Thru, Karyawan McDonalds yang Sedang Hamil Ini Terima Donasi Rp 24,2 Juta
Baca juga: 3 Tips Menyimpan Bayam di Kulkas, Bungkus dengan Kertas Agar Tidak Mudah Layu
Baca juga: Resep Nasi Goreng Sarden Kalengan, Ekonomis dan Mudah Dibuat untuk Anak Kos
Baca juga: Jangan Bersihkan 6 Barang Ini dengan Tisu Basah Antibakteri, Berpotensi Bahaya dan Merusak
(TribunTravel.com/tyas)