Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Ilmuwan Ungkap Risiko Kesehatan yang Dialami di Ruang Angkasa, Penglihatan Kabur hingga Peradangan

Penulis: Ratna Widyawati
Editor: Abdul Haerah HR
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Astronaut NASA. Para ilmuwan mengungkap risiko kesehatan yang bisa dialami astronaut di ruang angkasa, seperti penglihatan kabur hingga peradangan.

TRIBUNTRAVEL.COM - Luar angkasa adalah tempat yang tidak bersahabat dan ramah seperti layaknya di Bumi.

Meski teknologi telah berkembang untuk meluncurkan astronaut ke orbit dan membawa mereka pulang dengan selamat, tetapi para ilmuwan masih mencari tahu bagaimana perjalanan luar angkasa mempengaruhi kesehatan manusia, terutama dalam jangka panjang.

Kesehatan para astronaut saat di ruang angkasa menjadi hal penting sebelum misi apapun direncanakan ke Mars.

Melansir laman Science Alert, Sabtu (27/11/2020), Studi Kembar NASA yang dilakukan oleh Scott dan Mark Kely mengungkapkan fakta mengejutkan.

Baca juga: Jangan Sekali-sekali Pakai Tisu Antibakteri untuk Bersihkan Meja Lipat Pesawat

Di mana berada di ruang angkasa mempengaruhi aliran darah ke otak, mengubah mikrobioma usus, meningkatkan peradangan dan menyebabkan penglihatan kabur, tulang rapuh dan pengecilan otot.

Studi ini mengambil sampel dari tikus yang diterbangkan ke luar angkasa.

Tikus tersebut menunjukkan sistem kekebalan tubuh yang menua dan otak yang rusak akibat pergi ke luar angkasa.

Sebagai langkah antisipasi, para ilmuwan telah menerbitkan hampir 30 makalah yang menyelidiki risiko kesehatan yang terkait dengan perjalanan luar angkasa.

Makalah tersebut merupakan kumpulan data biologi ruang angkasa terbesar yang pernah dihasilkan dan menampilkan beberapa analisis pengamatan yang kuat dari lalat, cacing, tikus dan tentu saja astronaut.

Beberapa hasil menegaskan kembali apa yang terjadi terhadap kesehatan astronaut di ruang angkasa.

Sementara penelitian lain memberikan wawasan baru, mengklasifikasi hasil sebelumnya atau menemukan cara untuk meningkatkan eksperimen di masa mendatang.

Ilustrasi Astronot NASA yang sedang berada di luar angkasa (Flickr/ Climate State)

"Meskipun kemajuan signifikan telah dibuat dalam dekade terakhir untuk memahami risko kesehatan perjalanan ruang angkasa, penelitian tambahan diperlukan untuk memungkinkan eksplorasi ruang angkasa manusia yang lebih aman di luar (orbit rendah bumi) termasuk bulan, Mars dan ruang angkasa dalam," tulis para peneliti dalam makalah tersebut.

Bahaya kesehatan dari perjalanan luar angkasa dimulai dengan gaya Gravitasi yang dirasakan oleh astronaut saat lepas landas, dan berlanjut dengan paparan radiasi luar angkasa yang berbahaya dan gaya berat mikro saat berada di luar angkasa.

Dalam perjalanan berbahaya ke Mars, misalnya, astronaut akan melampaui magnetosfer pelindung Bumi dan terpapar radiasi kosmik selama rentang waktu signifikan yang diperlukan bagi mereka untuk menjelajah ke planet tetangga terdekat dan kembali.

Untuk astronaut yang melayang dalam gravitasi rendah di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), waktu tinggal terlama astronot saat ini adalah 437 hari.

Halaman
123