Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Tebing Lava Tahun 1954 Jatuh ke Kawah Gunung Merapi, Warga Diimbau Tenang

Penulis: Ratna Widyawati
Editor: Sinta Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gunung Merapi erupsi kembali, Jumat (10/4/2020).

Petaka itu datang tak disangka-sangka.

Luncuran awan panas juga terus terjadi susul menyusul.

Di kaki bukit Turgo, petaka mengerikan terjadi. Puluhan orang bergelimpangan tewas.

Korban paling banyak ditemukan di rumah warga yang saat itu menggelar hajat pernikahan Marijo dan Wantini.

Permukiman di Dusun Tritis, Ngandong, Turgo, dan Tegal, porakporanda.

Para petugas pengamatan Gunung Merapi yang bertugas waktu itu, menceritakan bagaimana detik-detik mengerikan itu terjadi.

Pada detik-detik kejadian itu, Panut sedang menerima telepon dari kerabat tetangganya di Jakarta.

Ia dalam posisi lepas kerja, di rumahnya di Kaliurang. Pos Plawangan terletak di puncak bukit Kaliurang.

Dari kiri ke kanan: Suramto, Sunarto, Panut dan Sugiyoto, berlatar Merapi yang terus mengeluarkan awan panas, beberapa menit sebelum meninggalkan Pos Plawangan. Momen ini menandai peristiwa bersejarah penutupan pos selama-lamanya sejak 22 November 1994. (DOK | DEDI H PURWADI)

Waktu kejadian hanya dijaga Sugiyoto, yang menunggu kedatangan partner kerja satu shift.

Panut sehari sebelumnya lepas piket.

Sore 21 November 1994, ia tak melihat gejala gunung itu bakal meletus.

Tapi cuaca lebih cerah.

Bahkan hawa terasa sangat gerah di Kaliurang.

Rupanya, saat Panut menerima telepon dari kerabat tetangganya di Jakarta. Sugiyoto juga meneleponnya.

Kelak diketahui, Sugiyoto hendak mengabarkan Merapi meletus. Awan panas meluncur bergulung-gulung ke barat daya .

Halaman
1234