TRIBUNTRAVEL.COM - Sejumlah negara di dunia mulai membuka perbatasan wilayahnya bagi para turis dengan beberapa syarat.
Salah satunya tes Covid-19 dengan hasil non-reaktif atau negatif.
Namun, hasil tes palsu baru-baru ini bermunculan di seluruh dunia, dari Brasil hingga Bangladesh.
Di Prancis, tujuh orang ditangkap di Bandara Paris pada 7 November karena dilaporkan menjual hasil tes palsu dengan harga 150 hingga 300 Euro atau sekitar Rp 2,4 juta sampai Rp 4,9 juta, menurut AP.
Mereka didakwa dengan pemalsuan, penggunaan pemalsuan, dan keterlibatan dalam penipuan.
Para terdakwa menghadapi hukuman lima tahun penjara dan denda yang besar.
Sementara di Brasil, empat turis asal negara itu ditangkap di Fernando de Noronha dengan tuduhan memalsukan dokumen dan menggunakan dokumen palsu.
Dilaporkan AP, mereka telah menunjukkan dokumen yang diambil tiga hari sebelum keberangkatan, namun menolak untuk mengikuti tes baru.
Mereka kemudian dengan cepat mendapatkan dokumen baru dengan tanggal berbeda sehingga menimbulkan kecurigaan.
Ketika petugas menelepon laboratorium, ternyata mereka hanya mengubah tanggal pada tes yang sama.
Di Inggris, seorang pria mengaku telah memalsukan dokumen tes Covid-19 temannya yang berhasil melakukan perjalanan ke Pakistan, seperti dilaporkan Lancashire Telegraph.
"Ini cukup sederhana. Semua orang tahu seseorang yang pernah menjalani tes Covid-19," kata pria anonim itu kepada Lancashire Telegraph.
Dia mengatakan, dia hanya mengunduh hasil tes temannya, mengubah nama, tanggal lahir, dan tanggal, kemudian mencetak dokumennya.
Tak sampai di situ, di Inggris pun banyak dokumen palsu yang dijual seharga 150 poundsterling atau sekitar Rp 2,7 juta.
Ada juga agen perjalanan yang diduga menawarkan hasil tes Covid-19 palsu kepada klien seharga sekitar 50 poundsterling atau sekitar Rp 929 ribu.
Baca tanpa iklan