Ada juga anak-anak muda yang sekadar nongkrong di Galeri Telkom dekat tangga jalur. Mereka sekadar menelepon teman atau pacar dengan telepon koin.
"Dulu anak-anak muda dari mana saja ke Blok M Mall. Ada dari Ciputat, Parung, Tangerang, pasti ke sini. Kan aksesnya mudah, bus dari mana saja pasti ada yang ke Blok M," kata Kahar.
Pada era 1990 sampai 2000-an, jalur-jalur terminal di Blok M juga dipenuhi anak sekolah.
Jalur 5 dan 6 kerap menjadi tempat nongkrong kelompok STM Penerbangan dan SMK Poernama.
Kini, Blok M Mall kosong melompong.
Banyak kios yang tutup, apalagi saat ini dihantam pandemi Covid-19.
Pedagang-pedagang disebut tak sanggup membayar sewa kontrak.
"Yang sisa jualan sini paling yang punya hak pakai misalnya 30 tahun," ujarnya.
Salsabilla (23), seorang mahasiswa swasta di Jakarta, mengatakan, kawasan Blok M Mall tak menarik bagi anak muda saat ini.
Salsa sendiri sudah lima tahun tak berbelanja di Blok M Mall.
"Dulu sih Blok M Mall setahu saya sih dulu ramai dan megah ya. Ada lorong panjang. Banyak toko-toko baju. Dulu sih belanja ke Blok M sama orangtua pas SD," kata Salsa saat ditemui Rabu sore.
Salsa lebih memilih belanja di dekat rumah dan tak sesuai dengan tren serta preferensi mode.
Blok M Mall dianggap tak menarik karena hanya jejeran toko biasa dan dekorasi lainnya.
Teriakan itu tak lagi ada
"Ayo dipilih.. dipilih .. dipilih.. Rp 50.000 ... yang murah, yang murah," begitu teriak para pedagang dulu.
Baca tanpa iklan