Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Kenali Beda Makanan Khas Minang Daerah Pesisir dan Pedalaman

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Menu yang Disajikan di Rumah Makan Padang

TRIBUNTRAVEL.COM - Ada beberapa perbedaan pada kuliner khas daerah Minangkabau pesisir dan pedalaman.

Sebabnya, jalur perdagangan rempah yang telah berlangsung sejak abad ke-16.

Saat itu Sumatera Barat jadi salah satu daerah simpul.

Banyak bangsa yang melintasi Sumatera Barat, bahkan banyak juga yang transit di sana melalui Pelabuhan Tiku.

Menurut sejarawan Fadly Rahman, Sumatera Barat semakin ramai ketika Terusan Suez dibuka pada 1869.

Menurutnya, hubungan perdagangan yang terjadi di sana pada masa itu kemudian membentuk kebudayaan Minangkabau hingga kini.

“Termasuk juga pengaruh kuliner India, Arab, bahkan Eropa yang membentuk citra kuliner di kawasan Sumatera Barat ini,” tutur Fadly kala menjadi narasumber dalam sesi webinar “Perjalanan Rantau: Lapau Nagari Kapau” yang diselenggarakan Aksara Pangan, Kamis (22/10/2020).

Daerah pesisir Sumatera Barat terpapar budaya asing

Para pedagang dari berbagai bangsa tersebut masuk melalui Pelabuhan Tiku, yang ada di kawasan pesisir. Itu membuat daerah pesisir bisa dibilang lebih banyak terpapar budaya yang dibawa orang-orang asing tersebut.

Menurut Reno Andam Suri, penulis buku Rendang Traveler dan Rendang: Minang Legacy to the World, Pelabuhan Tiku saat itu termasuk jalur perdagangan lada.

Saat itu ada lebih dari 200 unit dagang yang berdiri di Kota Padang.

Ada pula jalur kereta api yang dibangun Belanda.

Jalu ini menghubungkan beberapa titik penting di sekitar Sumatera Barat.

Salah satunya dipergunakan oleh para wanita pedagang nasi kapau pada masa itu untuk berkeliling berjualan nasi kapau dari pasar ke pasar.

Tak itu saja, ada pula kantor-kantor dagang bangsa Spanyol serta negara Eropa lainnya di Padang.

Halaman
12