Dengan adanya KRL, diharapkan mobilitas warga sepanjang Jogja-Solo akan lebih meningkat dan juga meningkatkan roda perekonomian di Yogyakarta dan Solo Raya.
KRL dipilih sebagai moda transportasi baru di Jogja-Solo karena memiliki beberapa keunggulan.
Keunggulan KRL di antaranya adalah kapasitas angkut yang lebih banyak dan efisiensi operasional karena listrik yang dianggap lebih murah.
Headway kedatangan kereta juga bisa ditingkatkan.
Untuk kebutuhan 10 trainset yang akan beroperasi di jalur Yogyakarta-Solo, sudah dapat terpenuhi dua rangkaian kereta yang saat ini tengah dalam proses pengujian endurance di Jakarta.
KCI Yogyakarta berharap operasional kereta rel listrik tersebut sudah dapat dilakukan pada awal Januari 2021 atau bahkan diharapkan dapat direalisasikan lebih cepat.
Nantinya, standar operasional KRL yang akan dijalankan di Daop 6 disesuaikan dengan standar yang sudah dijalankan untuk KRL yang selama ini melayani Jabodetabek.
Operasional KRL di wilayah kerja PT KAI Daop 6 Yogyakarta ditandai dengan alih kelola kereta lokal dari Daop 6 yang selama ini menjadi operator Prambanan Ekspres ke PT KAI Commuter.
Direktur Utama KAI Commuter, Wiwik Widayanti mengatakan, pelayanan KRL di wilayah kerja Daop 6 Yogyakarta akan berbeda dengan pelayanan KA Prameks, salah satunya untuk pembelian tiket.
“Nanti akan menggunakan kartu multitrip. Selama ada saldonya, maka bisa digunakan untuk naik kereta,” kata dia.
Sistem ini akan mengurangi banyak antrean penumpang.
Selain itu, pelayanan waktu tempuh kereta juga diupayakan lebih cepat dengan titik pemberhentian di lebih banyak stasiun.
Sehingga dapat mendukung upaya peningkatan perekonomian masyarakat.
Saat ini, waktu tempuh KA Prameks untuk rute Jogja-Solo sekitar 82 menit dengan kecepatan kereta 70-80 kilometer per jam.
“Kami ajukan kecepatan kereta bisa sampai 90 kilometer per jam sehingga waktu tempuh lebih cepat,” kata dia.
Baca tanpa iklan