Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Ada Pegunungan Bersalju di Pluto, Para Ilmuwan Ungkap Fakta Mengejutkan

Penulis: Ratna Widyawati
Editor: Sinta Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi - Permukaan Planet Pluto.

Saat kelembaban udara naik, dan saat cukup dingin, ia mengembun dan jatuh seperti salju.

Ini adalah fenomena yang dipahami dengan baik di Bumi, tetapi tidak dapat menjelaskan salju di Pluto.

Tim menggunakan model iklim untuk mencari tahu bagaimana salju metana turun di pegunungan.

Atmosfer tipis Pluto sebagian besar adalah nitrogen, dengan sejumlah kecil metana dan karbon monoksida.

Dengan kandungan metana yang sedikit, sulit untuk memperhitungkan semua salju itu.

Menggunakan model iklim, para peneliti menentukan bahwa dinamika atmosfer Pluto memusatkan metana di ketinggian yang lebih tinggi.

Hanya di puncak gunung ada cukup metana untuk membentuk salju.

Di ketinggian yang lebih rendah, metana tidak cukup.

Karena Pluto tidak memiliki atmosfer isolasi yang tebal seperti Bumi, planet kerdil ini menjadi lebih hangat di ketinggian yang lebih tinggi akibat radiasi matahari, karena panas diserap oleh metana di atmosfer.

Ini berlaku untuk beberapa kilometer pertama di ketinggian.

Proses penyerapan panas oleh metana tidak terjadi di daerah di mana terdapat es nitrogen di permukaan, karena dapat menyublim dan mendinginkan beberapa kilometer pertama ketinggian di atmosfer.

Atmosfer Pluto terlalu tipis untuk memanaskan permukaan planet, jadi saat tidak ada nitrogen beku di permukaan, ada keseimbangan radiasi lokal.

Keseimbangan itu tidak tergantung pada ketinggian dan lebih dingin daripada atmosfer di atasnya.

Akibatnya, udara di dekat permukaan menjadi dingin, menjadi lebih padat, dan selalu ingin mengalir ke lereng bawah.

Simulasi iklim oleh peneliti lain menunjukkan bahwa mekanisme ini ada di seluruh Pluto, dan sepanjang hari.

Halaman
123