Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Jadi Acara Tahunan, Aksi Pembunuhan Bayi Lumba-Lumba di Jepang Ini Tuai Banyak Kecaman

Penulis: Ratna Widyawati
Editor: Abdul Haerah HR
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi - Seekor lumba-lumba.

TRIBUNTRAVEL.COM - Viral sebuah rekaman video yang memperlihatkan bayi lumba-lumba dibunuh secara brutal di Jepang.

Rekaman tersebut memicu kemarahan warganet dari belahan dunia.

Diketahui, pembunuhan bayi lumba-lumba merupakan acara tahunan di Jepang.

Acara tahunan tersebut menarik perhatian dan kecaman dunia setelah dirilisnya film dokumenter pemenang Oscar The Cove pada tahun 2009, dilansir dari laman News.com.au, Kamis (15/10/2020).

Baca juga: Iseng Pesan Atas Nama Tarik Sis, Saat Pelayan Sebut Semua Pengunjung Kafe Teriak Semongko

Film dokumenter tersebut mengejutkan penonton, di mana terdapat cuplikan gambar yang memperllihatkan air berubah menjadi merah darah saat lumba-lumba ditangkap dan dibunuh.

Ilustrasi - Kawanan lumba-lumba. (TRIBUN BALI/LUGAS WICAKSONO)

Tahun ini, penonton dihadapkan pada rekaman yang lebih mengejutkan.

Di mana seorang pria terlihat memegang bayi lumba-lumba di bawah air sebelum menyeretnya ke bawah kapal untuk dibunuh.

Insiden pembunuhan bayi lumba-lumba secara brutal tersebut terjadi pada bulan September, dan rekamannya telah dibagikan secara online pada bulan ini.

Bayi lumba-lumba yang dibunuh diperkirakan berusia sekitar tiga bulan.

Direktur Life Investigation Agency (LIA), Ren Yabuki menyaksikan anak lumba-lumba Risso mati dan memberitahu 9NEws bahwa itu adalah satu di antara 32 lumba-lumba yang dibunuh dalam dua tahun terakhir.

"Tidak ada alasan mengapa bayi lumba-lumba tersebut dibunuh lebih banyak dibanding lumba-lumba dewasa," kata Yabuki.

Yabuki menjelaskan bahwa lumba-lumba dewasa sering mencoba melindungi bayinya dan kadang menyebabkan kematian seluruh lumba-lumba lainnya.

Tonton juga:

Dia yakin bayi lumba-lumba tersebut dibunuh dengan cara sirip punggungnya dipotong menggunakan batang logam.

Proses ini dikenal sebagai 'Pithing', meski dia tidak yakin apakah proses ini bisa dilakukan di bawah kapal.

Halaman
12